"Pak, jika ke Medan jangan lupa cicipi Soto Medan di Rumah Makan (RM) Sinar Pagi dan pusat jajanan pasar Pagaruyung di Kampung Keling." Demikian pesan teman kantor yang asli Medan melalui pesan WhatsApp. Wah kebetulan aku sedang ingin makan malam, pikirku.
Ketika mobil beranjak keluar hotel, suasana jalan di depan Hotel JW Marriot lumayan macet. Lalu lintas bergerak merambat karena hujan baru saja selesai mengguyur kota Medan. "Kita cari makan yang enak yuk, khasnya Medan," pesanku pada driver.
"Apa makanan kesukaan bapak?" dia balik bertanya. Daripada menambah pertanyaan, saya langsung minta diantar ke Soto Medan Sinar Pagi. "Maaf, pak. Soto Medan adanya pagi hari. Kalau malam hari sudah tutup. Besok pagi saya antar bapak ke sana," jelasnya.
Saya mengangguk. "Kalau pusat jajan malam Pagaruyung masih buka atau tidak? Saya diantar ke Kampung Keling yuk."
"Baik, pak." Tanpa pikir panjang lagi driver langsung tancap gas menuju tempat yang saya maksud. Ketika mobil berbelok ke sebuah gang, tampak berjejer berhadap-hadapan para penjaja kuliner menawari untuk mampir ke lapaknya. "Ini pak, yang namanya Pagaruyung."
"Oke pak, mobil terus jalan saja, tapi pelan-pelan." Saya mengamati satu persatu lapak untuk mengetahui kuliner jenis apa yang ditawarkan. "Kebanyakan ikan bakar ya?"
"Betul pak. Bapak mau makan di sini?" Saya menggelengkan kepala, "Wah, alergi saya sedang kambuh. Kayaknya belum berani dulu makan ikan bakar." Karena kurang sreg, saya mengajak driver ke tempat lain saja yang bisa santai sambil ngopi. "Kalau begitu ke alun-alun saja pak. Di sana ramai dan pusat kuliner sekarang pindah di sana."
Di tengah perjalanan menuju alun-alun, teman saya menelpon: bagaimana pak, sudah mampir Pagaruyung? "Enggak jadi bro, tempatnya ternyata sepi dan kulinernya hampir seragam, kebanyakan ikan bakar. Kebetulan saya lagi kurang berminat." "Memang sepi pak, dulu tempat itu ramai sekali. Tempat itu termasuk salah satu legenda di Kota Medan", kilahnya.
"Hehehe, makanya kau harus sering pulang kampung untuk update status kota kelahiranmu," gurauku. Sesampai di alun-alun: Maaf, bapak bisa turun di sini saja? Soalnya tempat parkir agak jauh.
Saya sempat terhenyak ketika menyusuri pusat kuliner di sepanjang alun-alun di depan kantor Bank Indonesia Medan. Lampu-lampu yang gemerlapan dan berwarna-warni menambah semarak malam itu. Pengunjung cukup berjibun sebagian kongkow-kongkow sambil ngopi dan merokok. Sebagian lagi menikmati makan malam yang menunya sangat beragam. Luar biasa padahal malam ini hari biasa, bukan hari Sabtu atau Minggu. Lokasi ini memang sudah menjadi ikon wisata kuliner malam di kota Medan.
Dari beberapa rumah makan dan café yang ada di sepanjang alun-alun itu, pilihan saya akhirnya jatuh pada rumah makan Srikandi. Selain ingin makan kwee tiauw gorieg, ada camilan yang menggugah selera yaitu kulit ayam goreng.
Pada pagi hari, saya sengaja tidak mau makan di hotel. Penasaran ingin coba Soto Medan di RM Sinar Pagi. Apalagi saya sempat browsing di internet tentang Soto Medan. Salah satu netizen menuliskan opini seperti ini: dari semua soto, yang paling enak adalah Soto Medan. Dan dari semua Soto Medan, yang paling enak adalah Soto RM Sinar Pagi. Wajib kemari kalo yang datang dari luar kota. Rekomendari saya soto campur karena bisa menco semua varian soto, ada ayam, sapi, paru, rempeyek udang, dan pergedel juga juara.
Luar biasa promosinya. Banyak orang mengatakan Rumah Makan (RM) Sinar Pagi adalah sebuah rumah makan legendaris di ibukota Sumatera Utara ini. Konon cerita, RM ini dirintis oleh Zulkarnaen sekitar 50 tahun lalu. Awalnya Zulkarnaen tidak hanya menjual soto karena ada banyak menu makanan lain di sana. Ia juga sempat berpindah lokasi, bahkan pernah jualan keliling.
Setelah mendapat tempat di lokasi yang sekarang, Zulkarnaen akhirnya berhasil menemukan resep Soto Medan yang nikmat yang dikenal hingga saat ini. Zulkarnaen sendiri meninggal di pertengahan tahun 1990-an yang kemudian usaha sotonya dilanjutkan oleh anak-anak.
Kenikmatan seporsi Soto Medan di RM Sinar Pagi memang tidak diragukan lagi dan sudah menjadi buah bibir banyak orang. Bahkan, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Miss Universe sudah pernah mencicipi. Yang khas di sini kuah sotonya cukup kental dan berwarna kekuningan. Ada yang langsung terasa, yaitu rasa rempah pada kuahnya cukup tebal. Penggunaan rempah ini justru yang membuat cita rasa segar. Untuk pilihan jenis soto, ada beragam mulai dari soto ayam, soto daging, babat, paru, atau soto campur.
Luar biasa variasinya. Setiap pelanggan akan dimanjakan sesuai seleranya saat itu. Ada yang favorit soto paru karena paru yang digunakan benar-benar garing dan nikmat. Begitu paru digigit teksturnya langsung hancur, rapuh, dan meleleh di dalam mulut. Bagi yang suka babat, tentu saja tak akan cepat-cepat menelan sebelum rasa gurih dan kasat mulai berkurang pelan-pelan.
Buat penggemar masakan pedas, Soto Medan ini bisa menjadi penawarnya. Dengan menambahkan sambal kecap sesuai keinginan, cita rasanya akan menjadi semakin kuat di lidah. Karena rasa dan pilihan isi Soto Medan inilah yang membuat RM Sinar Pagi menjadi perhatian sekaligus penyerap ramainya pembeli yang datang. Tambahan pula, suasana yang terkesan cukup hectic dan membuat kita tidak bisa berlama-lama duduk santai ketika seporsi soto dan nasi sudah habis membuat pamor Soto Medan ini terus memancar dan selalu membuat penasaran siapapun.
Jadi janganlah heran, meskipun RM Sinar Pagi yang berlokasi di Jalan Sei Deli Nomor 2, Medan ini buka sekitar pukul 07.00-16.00 WIB, pelanggan akan selalu datang lebih pagi supaya bisa lebih menikmati suasana rumah makan yang legendaris, sekaligus rasa yang dijamin tidak akan mengecewakan. Karena Soto Medan ini rempah-rempahnya sangat terasa sehingga sotonya memiliki ciri yang gurih, segar, dan sekaligus menghangatkan tubuh. Paling asyik menikmati soto bersama perkedel kentang serta rempeyek udang.
Apa saja yang disajikan di RM Sinar Pagi, selain Soto Medan? Selain Soto Medan, RM Sinar Pagi ini juga menyediakan sop, nasi pecel, lontong sayur, dan gado-gado. Apa beda Soto Medan dengan soto lainnya? Ciri khas dari Soto Medan terletak pada kuah yang berwarna kuning kehijau-hijauan karena mengandung santan dan rempah. Yang membedakan Soto Medan dengan soto lainnya adalah penggunaan jinten (jintan) pada bumbu. Soto Medan memiliki cita rasa lezat dengan kuah santan kental dan kaya rempah yang disajikan bersama potongan daging sapi, perkedel, rempeyek, dan sambal yang disajikan cukup unik (semacam sambal kecap dengan taburan bawang goreng).
Jika kurang menyukai soto bersantan, bisa pesan soto ayam yang tak kalah nikmatnya. Di sini juga disediakan agar-agar dingin yang disajikan di dalam gelas terbalik sebagai pencuci mulut. Berikut ini beberapa hal yang dapat disimak dan ditindaklanjuti dari Soto Medan yakni
1. Setiap kota di seluruh Indonesia hendaknya memiliki kuliner yang khas sebagai ikon tujuan wisata karena selain tempat-tempat wisata, yang tak kalah penting adalah kuliner yang akan diburu oleh para wisatawan yang datang di tempat itu. Misal di Medan, Soto Medan adalah ikon kuliner khas;
2. Soto Medan lebih banyak didominasi oleh daging. Sebagaimana diketahui, semua kalangan menyukai daging;
3. Hal yang menjadi selling point dari Soto Medan adalah banyak pilihan. Apakah daging sapi, ayam, atau udang. Pilihan inilah yang menjadi daya tarik sekaligus rasa penasaran dari pelanggan atau pengunjung jika hanya merasakan satu macam dari beberapa pilihan;
4. Ada sentimen positif dari pelanggan yang selalu menggaungkan promosi dari mulut ke mulut. Sentimen ini tak lebih sebagai rasa bangga yang ingin menonjolkan daerah yang juga memiliki kuliner khas yang menjadi ikon daerah;
5. Menambah peluang usaha soto lain. Keberadaan Soto Medan di daerah lainnya, pastinya akan membuat penasaran siapapun yang pernah menikmati Soto Medan aslinya;
6. Menambah varian soto. Jika bosan dengan soto lain, Soto Medan bisa menjadi pilihan alternatif yang menarik untuk dicoba;
7. Rumah makan yang legendaris biasanya tidak ingin membuat cabang dengan pertimbangan dapat mengendalikan mutu. Dengan adanya pengembangan wisata kuliner, paradigma seperti dulu sepertinya kurang relevan dan perlu dievaluasi kembali;
8. Untuk mengembangkan wisata kuliner, Kemenpar telah membentuk Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja dalam rangka mendukung pencapaian target kunjungan 17 juta wisman dan 270 juta pergerakan wisata nusantara pada tahun ini dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman dan 275 juta wisnus tahun 2019 mendatang.
Simpulan
Bukan hanya pemandangan alam Indonesia yang menjadi magnet untuk menarik wisatawan berkunjung ke sejumlah tempat wisata. Kuliner khas Indonesia yang beragam juga bisa jadi daya tarik bagi turis lokal dan mancanegara. Oleh karena itu, kuliner nusantara, termasuk Soto Medan ikut menjadi perhatian pemerintah untuk giat dipromosikan. Terkait dengan kuliner nusantara ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
- Soal kuliner, Thailand telah berkibar dengan menu andalan tom yam, Korea Selatan dengan kimchi, Jepang dengan sushi, Vietnam dengan Pho, Malaysia dengan nasi lemak. Sementara Indonesia? Seolah masih kebingungan mencari ikon kuliner karena belum menentukan jenis makanan yang dianggap paling khas dan pas mewakili Indonesia secara keseluruhan;
- Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) perlu segera mengangkat kuliner sebagai bagian dari promosi pariwisata Indonesia. Yang harus dilakukan adalah penentuan makanan nasional, dan strategi pengembangan;
- Bentuk promosi kuliner yang efektif, kuliner itu harus sampai di lidah atau dirasakan oleh wisatawan lokal maupun internasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: