Target swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah sulit dicapai. Salah satu penyebabnya adalah luas lahan pertanian yang semakin berkurang. Ini dibuktikan dari data Bank Dunia pada 2017 yang menyebutkan hanya 31,5% atau 570.000 kilometer persegi lahan di Indonesia yang digunakan untuk pertanian.
Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi menjelaskan, perbandingan rasio penduduk dengan lahan di Indonesia adalah 1 orang banding 0,22 hektare.
"Tantangan yang dimiliki Indonesia untuk mengejar swasembada pangan bukan hanya semakin berkurangnya luas lahan, jumlah pekerja di sektor pertanian juga terus menurun. Hingga saat ini sebanyak 45% pekerja bekerja di jasa. Sementara pekerja di sektor pertanian hanya 33%," jelas Hizkia dalam siaran persnya, Senin (15/10/2018).
Hizkia meminta pemerintah memprioritaskan kebutuhan pangan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang menunjukkan keberpihakan tersebut. Melakukan pembatasan perdagangan internasional tidak akan efektif menstabilkan harga kebutuhan pangan di dalam negeri selama kebutuhan dalam negeri belum bisa sepenuhnya dipenuhi oleh petani lokal.
"Impor seharusnya dilihat sebagai instrumen untuk menstabilkan harga," imbuhnya.
Selain impor, pemerintah seharusnya bisa membenahi rantai distribusi bahan pangan yang terlalu panjang. Pasalnya hal tersebut justru membuat harga mahal di tingkat konsumen tidak bisa dinikmati petani dan membuat konsumen menjadi pihak yang terdampak dari mahalnya harga pangan.
"Padahal, keuntungan justru dinikmati oleh mereka yang berada di tengah alias beberapa titik perantara antara petani dan konsumen," jelasnya.
Penguatan kapasitas petani juga perlu diprioritaskan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang sudah terbatas. Dengan penggunaan teknologi pertanian yang efisien, diharapkan hasil produksi bisa meningkat.
"Target swasembada harus dipandang secara realistis. Kebanyakan petani di Indonesia adalah petani buruh yang tidak punya lahan. Mereka membeli lebih banyak bahan pangan daripada yang mereka tanam. Oleh karena itu, sudah seharusnya harga pangan yang lebih terjangkau jadi prioritas," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: