Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Miskin dan Putus Sekolah, Pemilik Brand ZARA Kini Jadi Orang Terkaya Kedua di Dunia

Miskin dan Putus Sekolah, Pemilik Brand ZARA Kini Jadi Orang Terkaya Kedua di Dunia Kredit Foto: Reuters/Miguel Vidal
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siapa yang tak kenal brand Zara? Pecinta fashion tentu sudah sangat familiar dengan brand high class yang satu ini. Tidak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia mengenal brand ini. Namun siapa sangka dibalik kesuksesan brand Zara di pasar dunia, ternyata ada seorang pria miskin yang masa kecilnya harus merasakan putus sekolah.

Dialah pemilik Zara, Amancio Ortega, yang juga seorang mantan pemain sepakbola Argentina yang disebut-sebut sebagai orang terkaya kedua di dunia setelah Bill Gates. Meski tidak seterkenal pengusaha sukses lainnya, tetapi inilah fakta kesuksesan Amancio di dunia bisnis.

Seperti dilansir dari Banguninspirasi.com, Ortega berasal dari keluarga yang amat miskin. Ia lahir di Busdongo de Arbas, sebuah dusun berpopulasi 60 orang di Spanyol. Ayahnya bekerja sebagai pekerja kereta api, sementara ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Rumahnya hanyalah sebuah rumah petak yang berbatasan dengan rel kereta api.

Kemiskinan itu pula yang membuatnya harus berhenti sekolah di usia 13 tahun. Tak ada pilihan lain baginya saat itu selain berhenti sekolah dan bekerja untuk meringankan beban hidup orang tuanya.
Maka selepas berhenti sekolah, ia pun bekerja di sebuah produsen pakaian mewah. Ia bertugas mengantarkan pesanan pakaian. Tak lama setelah itu, ia dipercaya menjadi asisten penjahit. Dia pun mulai belajar menjahit pakaian. Dari pengalaman bekerja di perusahaan tersebut ia bisa mempelajari bagaimana pakaian diproduksi hingga didistribusikan secara langsung ke konsumen.

Setelah bekerja di perusahaan fashion tersebut, kemudian ia bersama saudaranya bekerja di sebuah toko baju sebagai salesman. Kemudian di awal tahun 1960-an Ortega menjadi manajer di toko pakaian lokal. Kemudian setelah bekerja di produsen pakaian dan toko pakaian, ia pun bersama Rosalia Mera yang kemudian menjadi istrinya, dan bersama kedua saudara kandungnya, memproduksi pakian-pakaian yang dijual dengan harga murah.

Ortega bersama istrinya mulai menjahit pakaian sendiri di ruang tamu rumahnya. Kemudian dia mulai mempekerjakan orang lain untuk menjahit seluruh desainnya dan mendirikan toko pertamanya di tahun 1975. Toko itu dinamakan Zara dan didirikan di depan toko perbelanjaan paling penting di Spanyol. Dia tetap menjualnya dengan harga lebih murah namun dengan kualitas yang mewah.

Tempat toko pertamanya berdiri merupakan tempat yang strategis. Bisnisnya pun semakin maju. Sepuluh tahun kemudian Ortega mendirikan perusahaan induk, Inditex, dan membuka gerai internasional pertamanya di Portugal, yang biaya sumber daya manusianya lebih murah daripada Spanyol. Pada 1989, Ortega tercatat telah membuka hampir 100 toko Zara di Spanyol. Dan sekarang, ada 46 toko Zara di Amerika Serikat, 347 di Cina, dan 1.938 di Spanyol.

Ortega pun berhasil membangun kerajaan bisnis fashion-nya melalui brand Zara yang menjangkau lebih dari 80 negara. Kekayaannya diperkirakan mencapai $67 miliar, hitung sendiri berapa kalau dirupiahkan.
Dengan kekayaan yang diraihnya, ia bahkan bisa membeli pencakar langit tertinggi di Madrid, Spanyol, yaitu Torre Picasso. Bangunan itu memiliki tinggi 515 kaki, dan dibeli seharga US$536 juta. Dia juga memiliki The Epic Residences & Hotel di Miami, Florida yang merupakan salah satu hotel terbaik di Amerika Serikat (AS).

Selain itu dia memiliki pesawat jet pribadi The Global Express BD-700 yang dirancang Bombardier, salah satu perusahaan yang memproduksi pesawat jet mewah paling unggul. Pesawat tersebut dibeli seharga US$45 juta.

Tapi di sisi lain penampilannya amat sederhana. Ortega selalu berpakaian sangat sederhana. Dia selalu mengenakan blazer biru, kemeja putih dan celana abu-abu. Sebagai bos dia memang terkenal sangat ramah. Dia sering mendekati dan bicara dengan karyawannya. Dia memperhatikan bahkan untuk urusan hal terkecil di kantornya.

Siapa sangka, seorang yang tadinya miskin, putus sekolah, dan memulai usaha dari ruang tamu, ternyata bisa sukses menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Namun tentu semua itu tidak diraih dengan mudah. Butuh perjuangan, disiplin, dan memberikan pelayanan yang terbaik pada konsumen.
Prinsipnya adalah berikan pelanggan apa yang mereka inginkan, dan berikan lebih cepat daripada orang lain. Maka tak heran ia dan seluruh karyawannya dituntut untuk bisa bekerja cepat dan efisien.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: