Pertumbuhan di sektor manufaktur, pariwisata, dan makanan-minuman dapat menyerap sebesar 60% dari total angkatan kerja nasional selama 5 tahun terakhir ini. Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendukung atas tren penurunan pengangguran terbuka. Meskipun begitu, masih diperlukan perhatian lebih pada tingkat pengangguran terbuka di desa dan yang berbasis pendidikan SMK.
Menurut Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, mengatakan, sejak tahun 2015, angka pengangguran terbuka mencapai 6,28% dan mengalami penurunan pada 2016 sehingga menjadi 5,61%. Kemudian, turun lagi pada 2017 menjadi 5,50%, dan pada Agustus 2018 kembali turun menjadi 5,34%.
“Kami harus katakan, capaian yang ada belum sepenuhnya seperti yang kita harapkan. Namun, jika melihat trennya, pengangguran terus menurun setiap tahun. Ini adalah tahun dengan angka penganggurannya paling rendah,” ujar Hanif pada Kamis (8/11/2018) di Forum Merdeka Barat 9.
Hanif menyebutkan, sebanyak 9,6 juta angkatan kerja baru sejak 2015-2018 berhasil diserap di industri pengolahan sebesar 24,52%. Sementara, sebagian lain diserap oleh retail besar, kecil, dan reparasi motor sebesar 11%, administrasi pemerintahan/jaminan sosial sebesar 10,9%, konstruksi sebesar 10,88%, kegiatan jasa sebesar 7%, dan akomodasi, kuliner, rekreasi sebesar 4%.
“Secara keseluruhan, tren Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) selalu menurun. Pada 2015, jumlah TPT sebesar 7,31%, kemudian menurun pada 2018 menjadi 6,45%, secara keseluruhan menunjukkan tren positif. Pertumbuhan sektor manufaktur, pariwisata, makanan dan minuman cukup berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja,” papar Hanif.
Lantas, kenapa data pengangguran terbuka justru meningkat?
Hanif mengakui, pengangguran terbuka di perdesaan mengalami peningkatan sebesar 0,03%. Hal itu dipengaruhi oleh banyaknya angkatan kerja baru yang bekerja secara informal di sektor pertanian. Dengan begitu, bila musim panen selesai maka mereka akan kembali menganggur. Meskipun demikian, ia tetap optimis peluang kesempatan kerja di desa dapat meningkat dengan adanya Program Padat Karya. Tak lupa, ada pula program Dana Desa dari Kemendes PDTT.
“Menurut saya, situasi naiknya pengangguran di desa tidak bersifat permanen. Saat masa panen datang dan harga komoditas meningkat maka pengangguran ini otomatis akan turun,” tambah Hanif.
Lebih lanjut, tingkat pengangguran terbuka berbasis pendidikan yang paling besar kontribusinya berasal dari lulusan SMK, yakni sekitar 11,24%. Pada 2015, SMK menyumbangkan tenaga kerja sebanyak 12,65% ke pasar, pada 2016 turun hingga angka 11,11%. Angka tersebut kembali naik menjadi 11,41% pada 2017, tetapi mengalami penurunan pada 2018 menjadi 11,24%.
Walaupun data menunjukkan angka yang fluktuatif, Hanif berkata, bahwa Indonesia harus melihatnya secara optimistis.
"Kemendikbud tentu memiliki banyak pekerjaan, tetapi trennya sudah benar. Pekerjaan rumahnya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan menambah kesempatan kerja lulusan SMK," pungkas Hanif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh