Kepala Badan POM RI, Penny K Lukito, mengunjungi Bio Farma untuk menindaklanjuti potensi kerja sama sebagai hasil dari pertemuan internasional The First Meeting of Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) from OIC Member Countries, yang baru saja diselenggarakan pada tanggal 20 - 23 Novemeber 2018, di Jakarta dan Bandung.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Otoritas Medis dan Regulator negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI), menghasilkan Deklarasi Jakarta yang berisi diantaranya komitmen bersama untuk mewujudkan kemandirian dalam bidang produksi obat dan vaksin dan juga akses untuk mendapatkannya, serta mewujudkan Sustainable Development Goals (SGDs) ke-3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan yang baik, dan penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obatan untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular di negara berkembang.
Peny mengatakan posisi Bio Farma sebagai produsen lifescience dari negara anggota OIC yang sudah memiliki PQ-WHO, dan sebagai Centre of Excellence untuk vaksin dan Bioteknologi dijadikan acuan negara OKI untuk dapat memiliki kemampuan yang sama dengan Indonesia dalam pembuatan vaksin.
"Ini mengingat negara OKI pada dasarnya mempunyai potensi yang baik untuk membuat vaksin atau produk lifescience lainnya," katanya kepada wartawan di Bandung, Kamis (29/11/2018).
Menurut Peny, dengan ditunjuknya Bio Farma sebagai Centre of Excellence untuk vaksin, memberikan kebanggaan tersendiri, karena tentu saja hal ini dapat mengangkat pemerintahan Indonesia, dimata dunia, karena Indonesia leading diantara negara-negara muslim untuk pembuatan vaksin.
“Pemerintah dalam hal CoE bisa mendorong untuk masuk ke pangsa pasar lain (lebih luas) dan banyak hal yang bisa kita lakukan bersama dan membantu bio farma untuk untuk terus berkembang untuk pembuatan produk lainnya," ujar Penny.
Penny menambahkan, perlu ada percepatan untuk pembuatan vaksin halal, dan BPOM siap untuk membantu Bio Farma untuk percepatan pembuatan vaksin halal.
"Termasuk pembentukan Working Group antara Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) untuk menyamakan pemahaman mengenai kriteria vaksin halal,"ungkapnya
Adapun, Direktur Utama Bio Farma mengungkapkan, hasil dari ditunjuknya indonesia sebagai CoE berhasil mendatangkan partner strategis dan potensial untuk Bio Farma, untuk bidang alih teknologi maupun dari sisi penelitian dan pengembangan.
“Secara bertahap Bio Farma akan membantu proses downstream pembuatan vaksin untuk salah satu perusahaan di Arab Saudi," ujarnya.
Selanjutnya, untuk bidang penelitian, Bio Farma akan menggandeng Tunisia dan Maroko. Bio Farma melihat negara OIC memiliki potensial researcher, dalam bidang bioteknologi, sehingga diharpkan vaksin yang sesuai dengan syariah Islam dapat ditemukan.
Adapun, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bio Farma, Adriansjah Azhari mengatakan kesiapan Bio Farma untuk memproduksi vaksin halal. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah Keamanan, Keampuahan dan Keefektifan dari vaksin tersebut.
"Oleh karena itu, sejak tahun 2010, Bio Farma membentuk Kelompok Kerja untuk mengawal proses mendapatkan sertifikat halal, yang terdiri dari tim teknis dan non teknis," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil