Kondisi pasar periklanan sedang melambat, terutama bila menyinggung masalah disrupsi dari sisi digital. Bahkan, berdasarkan data Nielsen, belanja iklan hingga Oktober 2018 hanya bertumbuh 4%.
Menurut CEO DwiSapta Group, Maya Watono, pelau industri periklanan seperti dirinya perlu mengatasi hal tersebut dengan menyesuaikan model bisnis sesuai tren Indonesia, Asia, dan global yang cenderung mengarah ke digital.
"Kondisi akhir tahun 2018 bisa menjadi gambaran tren 2019. Ketika situasi ekonomi kurang baik bagi industri, ditandai dengan meroketnya nilai dolar Amerika, belanja iklan terkena dampaknya. Belanja iklan hingga Oktober 2018, menurut Nielsen hanya tumbuh 4%," jelas Maya di Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Maya melanjutkan, belum lagi dengan adanya pemilihan umum (pemilu) 2019 yang akan memengaruhi industri periklanan. Selama periode itu, pemasang iklan akan mempertimbangkan akan tetap beriklan atau tidak.
"Tahun 2019 itu tahun politik. Situasi politik selama periode kampanye, pemilihan legislatif, dan pemilihan presiden menjadi pertimbangan bagi para pemasang iklan untuk tetap beriklan ataupun wait and see. Hal itu memengaruhi landscape advertising dan media di 2019. Harus smart spending untuk mencapai tujuan kami," tutur Maya.
Per Januari 2019, Maya resmi menjabat sebagai CEO Dentsu Aegis Network (DAN) Indonesia. Sebagai pemimpin salah satu perusahaan multinasional di bidang periklanan, ia akan mendigitalisasi Sumber Daya Manusia (SDM), proses bisnis, dan klien. Sebab SDM merupakan ujung tombak perusahaan yang dapat meningkatkan daya saing.
"Dengan tegas, kami memprioritaskan penanganan SDM, baik dari regional maupun inisiatif sendiri. Kami juga siapkan pelatihan, perangkat lunak, dan peralatan untuk dapat mengerti market yang sedang berkembang. Setiap individu akan dilengkapi dengan pengetahuan digital dan workflow agar bisa beradaptasi dengan lanskap digital terkini," papar Maya.
Walaupun begitu, ibu 3 anak itu mengaku, perusahaannya masih akan mengutamakan media konvensional. Menurutnya, penetrasi iklan tertinggi masih berada di televisi. Digitalisasi SDM yang ia lakukan hanya bentuk adaptasi terhadap disrupsi teknologi.
"Bobot (media) konvensional akan lebih besar. Tapi untuk 3 sampai 5 tahun lagi porsi digital akan meningkat dgn cepat. Jadi, kami harus adaptasi mulai dari sekarang," kata Maya lagi.
Menurut Maya, televisi masih menjadi media yang paling efektif menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang terdiri atas 16.000 pulau dan 270 juta penduduk. Lebih lanjut, penetrasi televisi masih berada di angka 96%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: