Apple meraih triliun dolar Amerika Serikat pada musim panas tahun lalu, tetapi ternyata ternyata itu hanyalah angka. 4 bulan kemudian, Apple kehilangan lebih dari 1 per tiga nilai sahamnya.
Minggu lalu, perusahaan teknologi itu kehilangan US$75 miliar (Rp1,1 Kuadriliun) dengan nilai B di kapitalisasi pasar hanya dalam waktu sehari. Faktor penurunan pendapatan iPhone manjadi salah satu pemicu fenomena itu.
Selama perang dagang Amerika Serikat-China terus berlangsung dan ekonomi AS berada di musim dingin, saham Apple diperkirakan tidak akan mendekati ambang batas triliun lagi dalam waktu dekat. Antusiasme investor terhadap saham teknologi telah menurun sejak Agustus 2018.
Namun, orang seperti Bill Gates, Warren Buffet, dan Jeff Bezos mungkin masib memiliki beberapa miliar lebih pada momen tertentu, sehingga penurunan antisuasme investor tak terlalu menjadi masalah bagi mereka. Apple pun demikian, mereka tidak akan bangkrut hanya karena mengalami performa kuartal yang kurang baik.
Tidak ada perusahaan yang selalu bertumbuh, bahkan Apple. Mereka harus rehat beberapa waktu dengan proyeksi penurunan pemdapatan menjadi US$87 miliar, bukan US$91 miliar. Penurunan itu harus bisa dipahami oleh perusahaan dan investornya. Masih banyak produk Apple yang memiliki penjualan lebih baik dari iPhone.
Penurunan Harga Saham
Bukan hanya Apple yang mengalami penurunan harga saham, Wall Street pun merasakan hal serupa sejak November lalu. Ketika Apple menghentikan perdagangan minggu lalu dan mengumumkan pendapatan lebih rendah dari target, saham mereka juga ikut turun sebab itu ketakutan terburuk investor.
Parahnya, konsumen China menjatuhkan penjualam iPhone di negara tirai bambu itu. Pada Juni 2018, Reuters melaporkan pertumbuhan penjualan yanh sangat lemah. Selanjutnya, pada November 201i, Bloomberg mengabarkan, ekonomi China melambat jauh sebelum perang dagang terjadi.
Apple juga mengalami kesulitan dalam memasarkan iPhone XR di seluruh dunia. Ditambah lagi, fluktuasi yang terjadi pada nilai tukar mata uang. Begitu pula dengan faktor perang dagang. Namun, Analis Horace Dediu dari Asymco menilai, Apple menghasilkan pendapatan yang kuat dari perangkat keras di luar iPhone.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh