Pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Luthfi Makhasin mengatakan kemunculan akun pasangan calon presiden/wakil presiden fiktif bernuansa humor di media sosial bernama Nurhadi/Aldo merupakan bentuk satire politik yang berfungsi mengkritik sekaligus hiburan.
"Satire politik itu 'kan hanya berfungsi dua, yakni pertama sebagai kritik dan kedua sebagai hiburan," katanya di Purwokerto, Kamis (7/2/2019).
Fungsi kritik yang dimaksud ditujukan bagi para politikus agar narasi-narasi yang dimunculkan menjelang hari-H pemilihan umum anggota legislatif dan pemilu presiden tidak menjemukan.
Fungsi hiburan yang dimaksud, lanjut dia, ditujukan bagi seluruh masyarakat agar tidak kehilangan selera humor di tengah kompetisi politik yang makin keras akhir-akhir ini.
Satire politik seperti itu, menurut dia, bukanlah menunjukkan apatisme terhadap politik.
"Apatisme 'kan cenderung tidak peduli. Kalau satire justru menunjukkan mereka sebenarnya peduli dan aktif dalam politik. Hanya tidak puas dengan situasi yang ada sehingga ekspresinya berupa satire dan guyonan," katanya.
Hal tersebut, kata dia, justru memberikan warna baru di tengah kontestasi politik yang penuh ketegangan.
"Saya kira satire semacam ini justru menyehatkan agar ruang publik tidak hanya diwarnai dengan perdebatan politik yang terkadang kurang bermutu," katanya.
Politik, kata dia, memang sudah seharusnya penuh riang gembira, seperti halnya penyelenggaraan pemilu yang disebut dengan pesta demokrasi.
"Sebuah pesta berarti penuh riang gembira, bukan malah dipenuhi hal-hal yang penuh kemarahan," katanya.
Dengan demikian, kata dia, kemunculan pasangan calon presiden/wakil presiden fiktif bersuasana humor memberikan pesan simbolik mengenai bagaimana seharusnya kontestasi politik berlangsung, menyegarkan, dan memberikan kegembiraan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: