Studi yang dilakukan oleh tim ekonom di beberapa univesitas ternama AS mengungkapkan bahwa perang dagang berkepanjangan antara AS dan China telah merugikan ekonomi AS hingga mencapai US$7,8 miliar.
Melansir dari Reuters, tim ekonom tersebut menemukan bahwa dampak jangka pendek dari perang dagang itu ialah impor dan AS yang ditargetkan turun 31,5% dan 11%. Mereka juga menemukan bahwa kerugian konsumen dan produsen tahunan dari biaya impor yang lebih tinggi mencapai US$68,8 miliar.
Baca Juga: Dear Rupiah, Mengalahkan Dolar AS Tak Semudah Membalikkan Telapak Tangan
"Setelah memperhitungkan pendapatan tarif yang lebih tinggi dan keuntungan bagi produsen dalam negeri dari harga yang lebih tinggi, kerugian kesejahteraan agregat adalah US$7,8 miliar atau 0,04% dari PDB," jelas tim ekonom.
Baca Juga: Dari Perang Dagang Hingga Neraca Perdagangan, Semua Bebani Rupiah
Setelah menjuluki dirinya sendiri sebagai "tariff man", Trump berjanji pada jejak kampanye dan sebagai presiden untuk mengurangi defisit perdagangan dengan menutup impor yang tidak adil diperdagangkan dan menegosiasikan kembali perjanjian perdagangan bebas.
Trump telah mengejar agenda perdagangan proteksionis untuk melindungi manufaktur AS. Washington dan Beijing telah terkunci dalam pertempuran tarif selama beberapa bulan karena memaksakan tarif unilateral untuk berperang, dan Trump telah memberlakukan tarif yang telah mengguncang Uni Eropa dan mitra dagang utama lainnya.
Para penulis mengatakan sementara tarif AS lebih disukai sektor-sektor yang terletak di negara kompetitif secara politik, tarif pembalasan yang dikenakan pada barang-barang AS telah mengimbangi manfaat untuk daerah-daerah ini.
"Kami menemukan bahwa pekerja sektor yang dapat diperdagangkan di negara-negara Republik yang paling parah terkena dampak perang perdagangan," kata para peneliti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih