Dua hari berturut-turut terkoreksi, dolar AS akhirnya berbalik melawan rupiah. Pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah stagnan di level Rp14.055 per dolar AS. Namun, tak berselang lama, rupiah langsung melemah 0,07% ke level Rp14.065 per dolar AS.
Bagaimanapun, investor menganggap harga dolar AS yang nyaris menyentuh level Rp13.000 sudah terlalu murah sehingga menarik untuk dikoleksi. Alhasil, dolar AS kini mneguat di hampir seluruh mata uang dunia. Hanya franc dan yen yang masih membuat dolar AS terdepresiasi 0,03% dan 0,05%.
Baca Juga: Woles Aja! Rupiah Akan Perkasa karena. . .
Surplus neraca perdagangan China yang menyentuh angka 200 miliar yuan menunjukkan bahwa geliat permintaan atas produk-produk China masih tinggi. Hal itu sejatinya akan mendongkrak aset-aset berisiko berbasis keuangan di negara-negara benua kuning.
Namun sayangnya, hampir seluruh mata uang Asia tertekan oleh dolar AS. Hingga pukul 10.25 WIB, won menjadi mata uang Asia yang paling terkoreksi di hadapan dolar AS, yaitu sebesar 0,17%. Setelahnya ada baht, yuan, dan rupiah yang masing-masing terkoreksi 0,06% terhadap dolar AS.
Meskipun demikian, mayoritas mata uang Asia masih lebih beruntung daripada rupiah. Pasalnya, menjelasng perhelatan akbar pemilu 2019 esok hari, rupiah justru dibuat galau oleh investor. Investor yang lebih memilih untuk wait and see sembari menunggu hasil pemilu akhirnya mulai menjauh dari rupiah.
Baca Juga: Rupiah Berpesta Pora!
Hingga pukul 09.30 WIB tadi, tercatat aksi jual bersih investor telah mencapai nilai Rp64,46 miliar. Jika arus modal asing yang masuk ke Indoensia semakin minim, tentu saja hal itu akan menjadi batu penghalang bagi rupiah untuk menguat.
Beberapa waktu lalu rupiah berhasil menjadi mata uang terbaik di hadapan mata uang utama empat benua, namun kini keadaan berbalik. Rupiah terkoreksi 0,01% terhadap euro, 0,01% terhadap poundsterling, 0,10% terhadap yen, dan 0,02% terhadap dolar Taiwan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih