Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penyebar Hoaks Terkait PLTA Batangtoru Diminta Berhenti

Penyebar Hoaks Terkait PLTA Batangtoru Diminta Berhenti Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Elemen masyaratakt Sipirok yang diwakili oleh Raja Luat Sipirok gelar Sutan Parlindungan Suangkupon, Edward Siregar, meminta Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) untuk berhenti menyebarkan informasi yang tidak benar atau hoaks mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Tapanuli Selatan. Lembaga itu disarankan membuka diri untuk berdialog dan mencari sumber informasi yang benar.

 

"Jangan lagi disebarkan informasi yang salah. Kalau tidak setuju, mari berdialog. Bertemu dengan masyarakat sini. Kita selalu terbuka. Datanglah. Jumpai kami di sini. Tapi jangan menyebarkan informasi yang salah," kata Edward Siregar, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Senin (6/5/2019). 

 

Baca Juga: PTUN Tolak Permohonan Walhi Terkait PLTA Batangtoru

 

Sebelumnya Manager Harian Program Batangtoru YEL Burhanuddin dalam keterangan di media menyatakan, pembangunan PLTA Batangtoru dengan pembukaan jalan pembangunan bendungan dapat mengakibatkan koridor atau perlintasan spesies langka orang utan dari blok Barat ke blok Timur dan blok Selatan terputus. 

 

Padahal koridor itu sudah terputus secara alami karena sungai Batangtoru yang lebar. Justru saat ini PLTA saat ini berupaya membangun beberapa koridor dan sangat menjaga satu kanopi hutan yang dapat menghubungkan blok barat dan blok timur. Juntaian dahan pohon itu berada di Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan.

 

Baca Juga: PLTA Batangtoru Klaim Telah Kaji Kegempaan dengan Sangat Detail

 

Pesan Raja Luat itu juga dimaksudkan kepada Onrizal, pengajar Universitas Sumatera Utara (USU) yang dalam pernyataannya di media menyatakan, sebagai efek operasional PLTA, maka air sungai Batangtoru yang biasa mengalir selama 24 jam, akan mengalir selama enam jam saja. Padahal sebetulnya sungai tetap mengalir selama 24 jam. 

 

Mereka yang menolak PLTA itu, diduga mendapatkan pasokan data yang salah dari salah satu lembaga. Hasil riset yang keliru itu sudah dicabut oleh lembaga yang bersangkutan karena faktanya bersalahan, namun informasi yang keliru itu justru dipakai secara terus-menerus oleh para lembaga ini. 

 

Baca Juga: Pembebasan Lahan Kelar, Pembangunan PLTA Batangtoru Dilanjutkan

 

Tawari Siregar menyatakan, dua pihak yang berbeda pendapat terbuka lebar peluang duduk bersama untuk menyatukan persepsi tentang pembangunan proyek strategis nasional ini. Pengelola PLTA pun bersedia berdiskusi dan mengkaji berbagai aspek secara ilmiah. Jadi titik temunya ada. 

 

"Pembangunan pembangkit listrik ini bukan untuk masyarakat Sipirok saja, atau Tapanuli Selatan saja, tapi untuk Indonesia. Manfaatnya bisa dirasakan seluruh masyarakat, hanya saja kebetulan dibangun di Sipirok ini. Sudahlah. Mari kita bersama untuk Indonesia ini,"  ujar Tawari Siregar. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: