Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sawit Indonesia: Tantangan dan Solusi Capai SDGs

Sawit Indonesia: Tantangan dan Solusi Capai SDGs Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Akibat memiliki peranan penting dalam perdagangan minyak nabati dunia, minyak sawit kerap mendapat sorotan dan tudingan negatif. Sebagai komoditas dunia, minyak sawit juga sudah melakukan banyak pembenahan dalam praktik budi daya hingga perdagangannya. Alhasil, kebutuhan pasar dunia akan minyak sawit berkelanjutan bisa didapatkan dari Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, minyak sawit tak hanya mampu mengembangkan mata rantai bisnisnya. Namun, keberadaan industri minyak sawit menjadi bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan (SDGs). Bertujuan menyejahterakan kehidupan rakyat Indonesia, yang selaras dengan kehidupan sosial dan lingkungan sekitarnya.

Peranan pemerintah sendiri melalui Badan Layanan Umum (BLU) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) turut mendorong peranan pasar domestik untuk terus meningkatkan konsumsi minyak sawit melalui program mandatori biodiesel. Pasalnya, sebagai industri strategis, minyak sawit memiliki peluang besar dalam mendulang devisa negara melalui ekspor minyak sawit dan turunannya.

Dalam berbagai aksi kampanye positif minyak sawit, BPDP KS kerap memperjuangkan minyak sawit Indonesia yang memiliki prinsip dan kriteria berkelanjutan. Pasalnya, minyak sawit Indonesia memiliki standar berkelanjutan yang mandatori seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bagi perkebunan kelapa sawit nasional.

Bahkan, sebagian besar minyak sawit Indonesia memiliki sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan International Standard Carbon Certification (ISCC) yang secara sukarela dilakukan petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit nasional. Memang keberadaan minyak sawit di pasar global masih menemui banyak tantangan. Sebab itu, menurut Direktur BPDP, Herdrajat Natawijaya, keberadaan minyak sawit Indonesia harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dari pemerintah.

Baca Juga: Ini Solusinya Hadapi Ketidakpastian Harga Kelapa Sawit

"Produksi minyak sawit Indonesia, harus mengikuti peraturan yang telah diterapkan pemerintah, seperti penerapan prinsip dan kriteria ISPO yang wajib dilakukan semua pelaku usah perkebunan," kata Herdrajat menegaskan.

Tak ketinggalan, peranan RSPO sebagai organisasi nirlaba juga mendukung keberadaan perdagangan minyak sawit berkelanjutan supaya terus meningkat di pasar dunia. Berbagai aksi organisasi nirlaba ini mendapat banyak dukungan dari para stakeholder bisnis minyak sawit global.

Peranan pelaku usaha dalam menyediakan produksi minyak sawit berkelanjutan juga dilakukan secara berkesinambungan. Berbekal komitmen luas akan berkelanjutan, industri minyak sawit nasional terus membangun perkebunan kelapa sawit menjadi lebih maju dan berkelanjutan. Terlebih, berbagai perbaikan prinsip dan standar telah banyak dilakukan.

Sebagai informasi, berdasarkan data RSPO, minyak sawit berkelanjutan yang berhasil diproduksi dunia mencapai lebih dari 13 juta ton. Sebanyak 52% lebih berasal dari produksi Indonesia. Tentunya, ini menjadi prestasi besar untuk Indonesia. Pasalnya, sebagai produsen terbesar CPO dunia, predikat terbesar produsen minyak sawit berkelanjutan juga melekat pada Indonesia.

Menurut Direktur RSPO Indonesia, Tiur Rumondang, evaluasi dan perbaikan prinsip dan kriteria RSPO (P&C RSPO) selalu dilakukan setiap lima tahun sekali beradasarkan kesepakatan para anggota RSPO. Anggota RSPO berasal dari multistakeholder yang memiliki kepentingan bersama akan keberlanjutan usaha minyak sawit.

Baca Juga: Stok Minyak Sawit Menipis, Harga CPO Global Terkerek

"P&C RSPO akhir tahun lalu, banyak mengalami perubahan guna menghasilkan minyak sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan dan ramah sosial," tandas Tiur menegaskan.

Pengembangan usaha minyak sawit, bukan persoalan bisnis semata, namun keberadaan industri minyak sawit telah menjadi bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan. Para pelaku dunia usaha juga memiliki tujuan bersama guna menyejahterakan kehidupan rakyat Indonesia, yang selaras dengan kehidupan sosial dan lingkungan sekitarnya.

Menurut Senior Managing Director Sinar Mas Agri, Agus Purnomo, pelaku usaha minyak sawit selalu melakukan banyak perbaikan guna menghasilkan minyak sawit berkelanjutan. Prinsip utama tranparansi dan akuntabilitas juga diterapkan pada mata rantai pemasok tandan buah segar (TBS) yang diproses pabrik kelapa sawit (PKS) milik perusahaan.

Agus Purnomo juga menjelaskan, berbagai rencana aksi yang telah dilaksanakan dan direncanakan Sinar Mas Agri dalam menghasilkan produksi minyak sawit berkelanjutan. Kendati tak mudah, namun Agus optimis akan keberhasilan minyak sawit yang ramah lingkungan dan ramah sosial.

"Perusahaan terus melakukan pembenahan untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan," kata Agus Purnomo menjelaskan.

Sebagai informasi, berdasarkan data Kementan tahun lalu, lahan perkebunan kelapa sawit nasional diperkirakan sekitar 14 juta hektare. Sebesar 42% lebih lahan dimiliki petani kelapa sawit. Sebab itu, industri minyak sawit menjadi bagian dari pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan mencapai SDGs.

Baca Juga: Sawit Antarkan Buruh Menjadi Petani Sukses

Peranan masyarakat global akan kebutuhan minyak sawit berkelanjutan juga sering disuarakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional dan nasional. Kendati seringkali menuding dan menekan para produsen minyak sawit global dan nasional, namun LSM juga dibutuhkan sebagai bagian dari promosi gratis untuk mengenalkan minyak sawit bagi pasar global secara terus-menerus.

LSM juga turut membantu menyuarakan akan adanya produksi minyak sawit berkelanjutan yang dilakukan produsen minyak sawit. Seperti WWF Indonesia, yang memiliki program kampanye positif minyak sawit, sering menyuarakan kepada masyarakat luas supaya membeli minyak sawit yang baik.

"WWF Indonesia terus mendorong berbagai upaya perbaikan yang dilakukan untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan," ungkap Manajer Program Sustainable Palm Oil WWF Indonesia, Joko Sarjito. 

Bisnis minyak sawit sendiri baru-baru ini terus mengalami fluktuasi harga jual di pasar global. Kendati harga cenderung turun, namun komoditas emas licin ini tetap memiliki prospek pasar yang cerah. Lantaran, minyak sawit memiliki prospek sebagai bahan bakar nabati, seperti biodiesel dan bahan bakar cair.

Ceruk pasar besar dari konsumsi BBM di Indonesia akan meningkatkan konsumsi pasar domestik minyak sawit nasional. Pertumbuhan industri hilir minyak sawit global terus terjadi. Sebagian besar bahan baku yang digunakan bersumber dari minyak sawit Indonesia. Karenanya, potensi pasar ekspor yang besar akan terus menggenjot pendapatan devisa negara dari perdagangan minyak sawit.

Baca Juga: Awas! Gunakan Bibit Sawit Kualitas Rendah Berpotensi Rugi Puluhan Tahun

Guna memastikan semua pertumbuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat tercapai, dibutuhkan kolaborasi bersama untuk menumbuhkan bisnis minyak sawit berkelanjutan. Pentingnya keberhasilan minyak sawit berkelanjutan bukan persoalan produksi semata, melainkan juga peranan konsumsi pasar global dan domestik untuk mau menggunakan minyak sawit yang baik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: