Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Awas! Gunakan Bibit Sawit Kualitas Rendah Berpotensi Rugi Puluhan Tahun

Awas! Gunakan Bibit Sawit Kualitas Rendah Berpotensi Rugi Puluhan Tahun Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Mamuju -

Saat ini sawit tengah menjadi primadona di Indonesia. Dari perusahaan besar hingga masyarakat kecil berlomba-lomba menanam tumbuhan yang sangat pas ditanam daerah yang berada di sepanjang garis katulistiwa ini.

Perusahaan dengan yang dikelola secara profesional tentu tahu bagaimana cara meningkatkan produktivitas secara maksimal. Namun bagi petani kecil, banyak yang asal-asalan menaman sawit, termasuk dalam memilih bibit.

Tanaman sawit memang cukup mudah untuk ditanam. Hanya butuh waktu 4 tahun untuk dapat dipanen selama hingga 30 tahun ke depan. Untuk diketahui, bahwa tanaman sawit dengan bibit unggul dapat berproduksi hingga 9 ton per hektar. Sementara dengan bibit murahan produksinya hanya 3-4 ton per hektar.

Baca Juga: Wow, Pabrik Kelapa Sawit TP Unggul di Mamuju Olah 2.100 Ton Sawit Per Hari

Penggunaan bibit murahan biasanya digunakan oleh petani swadaya, yang menginginkan bibit yang murah. Tapi ketika mulai berbuah hasilnya tidak sesuai harapan, karena sangat rendah. Pada saat itu, petani yang ingin mengulang dengan bibit yang unggul, harus menunggu 4 tahun lagi untuk panen. Kalau tidak, akan terus merugi.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit unggul, PT Unggul Widya Teknologi Lestari, di Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat telah menghasilkan bibit unggul yang dihargai Rp45 ribu siap tanam. Untuk satu hektar dibutuhkan 150 batang dengan jarak tanam paling ideal 9x9.

Sugianto, Manajer Plasma, PT Unggul mengatakan, penggunaan bibit murah mungkin dimaksudkan untuk menghemat modal penanaman. Bahkan petani juga menanam sawit dengan jarak yang lebih dekat 5x5, agar tanaman sawit semakin banyak yang dapat dalam 1 hektar. Namun lagi-lagi akal-akalan petani seperti itu, hanya akan semakin membuat produktivitas tanamannya semakin rendah.

"Petani banyak yang sok tahu, kalau dikasih tahu banyak yang tidak percaya," ujar Sugianto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: