Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ke Rusia, Menteri Bambang Genjot Potensi Investasi EBT Hingga Kedirgantaraan

Ke Rusia, Menteri Bambang Genjot Potensi Investasi EBT Hingga Kedirgantaraan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam Bilateral Meeting with Minister of Industry and Trade of Russian Federation Denis Manturov. Pertemuan tersebut dilangsungkan dalam rangkaian The Second Stolypin Forum di Moskwa, Rusia, Kamis (23/5/2019). | Kredit Foto: Bappenas
Warta Ekonomi, Moskow -

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Federasi Rusia dalam investasi kawasan industri di luar Pulau Jawa dengan berfokus pada hilirisasi sumber daya alam, investasi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan investasi pengembangan industri kedirgantaraan di Indonesi.

"Kami bekerja sama melalui pengembangan masterplan industri kedirgantaraan, pengembangan kawasan industri penerbangan, pengembangan industri komponen pesawat terbang, serta pengembangan industri Maintenance, Repair and Overhaul (MRO),” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam Bilateral Meeting with Minister of Industry and Trade of Russian Federation Denis Manturov. Pertemuan tersebut dilangsungkan dalam rangkaian The Second Stolypin Forum di Moskwa, Rusia, Kamis (23/5/2019).

Baca Juga: Godok Pemindahan Ibu Kota, Bappenas Kumpulkan Pakar Tata Kota

Dalam empat tahun terakhir, investasi Pemerintah Federasi Rusia di Indonesia mengalami fluktuasi. Pada 2016 dan 2017, sebagian besar investasi Federasi Rusia di Indonesia adalah di sektor hotel dan restoran, tetapi terbesar pada 2018 adalah industri kimia dan farmasi.

“Investasi Federasi Rusia di industri kimia dan farmasi meningkat pesat dari US$183.600 pada 2016 menjadi US$961.000 pada 2018, atau tumbuh sebesar 423 persen. Minyak sawit mentah (CPO), kopra, dan margarin adalah komoditas ekspor utama Indonesia ke Federasi Rusia, sementara produk setengah jadi dari besi atau baja adalah komoditas impor terbesar Indonesia dari Federasi Rusia. Kita juga memiliki kesamaan dalam hal mengekspor dan mengimpor bahan kimia organik dan karet yang dapat menjadi indikasi ketergantungan produksi,” jelas Menteri Bambang.

Dalam rangka menuju Indonesia Emas dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita US$13.162 pada 2036 dan US$23.199 pada 2045, Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan rata-rata manufaktur sebesar 6,3 persen di dalam Visi Indonesia 2045, salah satunya dicapai dengan mengakselerasi pembangunan industri dan pariwisata.

“Sektor manufaktur diharapkan dapat menjadi mesin perekonomian Indonesia melalui peningkatan produktivitas, investasi, dan ekspor. Dalam rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Pemerintah menargetkan sektor manufaktur dapat tumbuh sebesar 5,34 pada skenario rendah, dan 7,02 pada skenario tinggi,” jelas Menteri Bambang.

Manturov menjelaskan Indonesia merupakan mitra strategis dan khusus bagi Rusiasehingga penguatan kerjasama ekonomi yang signifikan sangat diperlukan, antara lain dengan menjajaki secara intensif kerjasama di bidang cybersecurity yang hanya diberikan Rusia secara selektif ke negara mitra terpilih. Minat tinggi lainnya adalah smart cities, ship building, pharmaceuticals, serta meningkatkan arus wisata warga Rusia ke Indonesia yang jumlahnya masih jauh tertinggal dari yang ke Thailand. Secara khusus,Manturovjuga ingin mempelajari Visi Indonesia 2045 sehingga dapat memosisikanhubungan Indonesia-Rusiadengan lebih baik lagidi masa depan.

"Penting bagi kami untuk menyelaraskan kebijakan dan pendekatan ekonomi kami, dengan apa yang hendak dicapai Indonesia melalui Visi 2045-nya sehingga Rusia terus menjadi mitra strategis Indonesia," ujar Manturov.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: