Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Huawei: Tindakan Terorisme Dagang AS Membahayakan Dunia Bisnis Global

Huawei: Tindakan Terorisme Dagang AS Membahayakan Dunia Bisnis Global Kredit Foto: Reuters/Aly Song
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tindakan AS yang memasukan Huawei ke dalam "daftar hitam" dianggap keterlaluan. Song Liuping, Kepala Biro Hukum Huawei, mengatakan bahwa tindakan AS memengaruhi hidup lebih dari 1.200 supplier dan mengancam 3 miliar pelanggan di 170 negara. Song mengatakan, tindakan AS menggunakan adminstrasi negara untuk menghukum satu perusahaan merupakan "preseden yang sangat berbahaya".

"Saat ini yang terkena industri telekomunikasi dan Huawei, tapi besok-besok bisa menimpa perusahaan Anda, industri Anda, dan pelanggan Anda," ujar Song kepada sejumlah reporter di markas Huawei Shenzen sebagaima dikutip CNA dari Reuters.

Larangan ini senada dengan tuduhan kejahatan bank dan tuduhan kriminal kepada chief financial officer-nya, telah memperluas skala perang dagang antara Beijing dan Washington.

Baca Juga: Huawei Nekat Luncurkan Lab 5G di Seoul

Huawei, yang diberi waktu 90 hari penangguhan hukum, sudah membantah tuduhan membahayakan keamanan AS, dan sudah memprotes keras tindakan Washington membatasi bisnisnya.

Vincent Pang, Wakil Presiden Senior dan Kepala Komunikasi Huawei, mengatakan bahwa tindakan AS akan membawa perubahan pada batasan "normal market competition".

"Hal ini akan merangsang dimulainya fragmentasi ekosistem dan standar teknologi global," ujar Pang di kantor pusat Huawei.

Pang juga mengatakan, tidak pernah bermimpi bahwa "situasi politik" bisa menunda pengenalan teknologi jaringan 5G.

Baca Juga: Huawei Tinjau Ulang Kemitraan dengan FedEx, Karena Dijegal AS?

Saking sakitnya perasaan China, sampai-sampai Wakil Menteri Luar Negeri China Zhang Hanhui mengatakan, AS sebagai teroris ekonomi. "Kami melawan perang dagang, tapi kami tidak takut. Hasutan yang terencana dari perang dagang ini jelas terorisme ekonomi, chauvinism ekonomi dan intimidasi ekonomi," tegas Hanhui.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: