Sejumlah partai pecahan dari koalisi adil makmur Prabowo-Sandiaga menunjukkan sinyal bergabung berpindah koalisi. Terkait hal ini, politikus Partai Nasdem, Taufiqulhadi menilai partai-partai tersebut sebenarnya tidak akan mendapat keuntungan dalam politik jangka panjang.
Taufiq mengatakan, pemilu akan kembali dilakukan lima tahun mendatang. Pada saat itu, capres petahana Joko Widodo tidak bisa mencalonkan kembali karena sudah menjadi presiden selama dua periode.
Baca Juga: Prabowo Tak Ucapkan Selamat ke Jokowi-Ma'ruf? Kata Gerindra Itu. . .
Apabila partai yang pada saat pemilu berada di luar koalisi Jokowi ingin bergabung, maka menurut Taufiq tidak akan menguntungkan partai tersebut. "Karena kalau semua nanti partai masuk dalam pemerintahan itu tidak menguntungkan partai-partai tersebut karena narasi berbeda dengan narasi pendukung Pak Jokowi sekarang. Bagaimana tiba-tiba berubah," kata Taufiq dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6/2019).
Meskipun demikian, ia mengatakan, sebenarnya tidak mempersoalkan apabila ada partai yang ingin masuk ke koalisi Jokowi. Namun, ia mengingatkan bahwa posisi oposisi adalah bagian penting dalam demokrasi.
Partai oposisi, menurut Taufiq, bertugas untuk menyeimbangkan pemerintahan yang ada. Selain itu, partai oposisi bisa mewakili suara-suara masyarakat yang berbeda dengan pemerintahan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar terjadi dalam demokrasi, sehingga semua suara harus ditampung.
Baca Juga: Koalisi 02 Bubar, Arah Politik Gerindra: Putusan di Tangan Prabowo!
Dia menuturkan saat ini partai-partai koalisi yang ada di pihak Jokowi sebaiknya menguatkan diri agar semakin solid. Sebab, pemerintah yang dipimpin Jokowi mendatang seharusnya bisa menjadi pemerintahan yang mampu mengelola semua isu.
"Karena itu, menurut saya tidak perlu mengundang partai lain dalam koalisi sekarang ini," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti