Maraknya penipuan investasi di Tanah Air menjadi catatan buruk dalam dunia keuangan. Kasus terakhir yang membuat heboh adalah salah seorang artis yang harus menanggung kerugian dalam bisnis investasi Forex hingga Rp17 miliar. Apa yang salah dalam investasi tersebut?
Menurut pendiri SDFX (sekolahdasarforex.com) Hans Herwin, kebanyakan investor tertipu karena tidak memahami pasar keuangan. Lebih parahnya lagi, mereka rela menitipkan uangnya ke perusahaan dengan iming-imingi keuntungan besar.
Ia berpendapat, rendahnya literasi keuangan di Indonesia menjadi salah satu penyebab maraknya investasi bodong di pasar keuangan. Padahal, dengan memahami pasar keuangan, risiko penipuan bisa dihindari.
"Literasi keuangan penduduk Indonesia hanya sekitar 4% saja, akibatnya banyak yang terjebak dalam investasi bodong, padahal jika mereka paham, risiko tersebut bisa dihindari," kata dia melalui keterangannya, Rabu (3/7/2019).
Baca Juga: Waspadalah! Ratusan Fintech Ilegal dan Investasi Bodong Menjamur, Cek Daftarnya!
Hans menuturkan, investasi forex sebenarnya memiliki potensi keuntungan yang menggiurkan, tetapi karena banyak yang tidak memahami cara kerja dan triknya, malah mengalami kerugian.
"Sama seperti investasi lainnya, forex juga memiliki risiko, tetapi dengan pemahaman yang benar, risiko tersebut bisa dikendalikan melalui teknik money management yang diajarkan di SDFX," jelas dia.
Senada dengan Hans, Syahrir, Head Master SDFX, mengatakan ada beberapa ciri dari investasi forex yang tidak aman, yaitu jika investasi tersebut menjanjikan jaminan fixed income dengan iming-iming profit tanpa risiko dan kedua ada dana yang ditahan pada periode tertentu.
"Forex dapat sangat menguntungkan selama mau belajar di tempat yang benar sehingga menghasilkan konsistensi dalam mendapatkan keuntungan. Jika melihat promosi dan klaim seperti itu, maka Anda harus berhati-hati," jelas Syahrir.
Pasar forex di Indonesia, menurut Syahrir, cukup tertinggal dibanding pasar forex di sejumlah negara maju. Literasi pasar keuangan yang rendah menjadi salah satu kendala, termasuk sosialiasi dari pemerintah yang dinilai minim.
"Melihat kondisi ini, sejak beberapa waktu lalu kami mendirikan sekolah forex Indonesia, yakni sekolahdasarforex.com atau SDFX. Kami ingin memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat, tentang forex. Kami akan mementori para peserta didik kami hingga mereka mahir berbisnis forex," tuturnya.
Menurut Syahrir, dengan memahami seluk beluk investasi forex, maka calon investor bisa terhindar dari risiko penipuan atau meminimalisasi potensi kerugian. "Keinginan untuk mendapatkan keuntungan di bisnis forex harus diiringi ilmu yang cukup. Investor harus memahami dahulu, baru terjun baik sebagai pelaku (trading mandiri) atau investor," paparnya menjelaskan lebih rinci.
Hans menambahkan, lembaga yang ia dirikan tersebut tidak pernah mengimingi-imingi profit yang besar dan bombastis, tetapi fokus di jalur edukasi pada semua lapisan masyarakat.
Baca Juga: Awas! Bukan Cuma Rekening Bodong, Simplifikasi Rekening Efek Online Punya Risiko Lain!
"SDFX tidak menawarkan bisnis money game (ponzi scam), tidak mengelola, menerima atau menghimpun dana masyarakat. Ini poin terpenting dan ciri-ciri utama investasi bodong. SDFX mengajarkan cara profit konsisten 5-50% setiap bulan oleh coach dengan track record yang sudah terbukti dan teruji, bukan hanya slogan atau promosi," kata dia.
Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar lebih jauh mengenai investasi forex, Hans menyatakan, SDFX berencana untuk membuka 10 cabang pusat pelatihan investasi forex di Indonesia tahun ini.
"Tak sekadar pusat pelatihan dan investasi forex, tetapi juga fintech education dan enterpreneur incubator hub mencetak pengusaha fintech education untuk membangun dan mencerdaskan bangsa. Potensi market-nya sangat besar," ujar Hans.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: