Dari Konten, Wishnutama, sampai Bisnis Mimpi, Sahabat Dahlan Iskan Ini Sindir Menohok ke Net TV!
Terpaan berbagai kabar negatif yang dialamatkan kepada stasiun televisi termuda di Indonesia, Net TV, membuat saham Dahlan Iskan yang juga petinggi Jawa Pos, Joko Intarto, ikut berkomentar.
Dalam tulisan panjangnya di jpnn.com, Joko Intarto memberi opini bernada sindiran kepada Net TV, mulai dari soal konten televisi, sosok Wishnutama, hingga menyamakan bisnis televisi dengan bisnis mimpi.
Baca Juga: Net TV Cabut dari Daftar Calon Emiten IPO 2019, Bos BEI Bungkam!
Dari aspek konten, sahabat karib Dahlan Iskan itu menyoroti ketidaksesuaian antara tagline dan konten televisi yang disajikan oleh Net TV. Joko Intarto heran, televisi ber-tagline 'televisi masa kini' itu justru menyajikan konten-konten lawas yang diproduksi beberapa tahun silam lamanya.
"Saya tidak punya otoritas untuk mengonfirmasi kebenaran berita soal NET TV itu. Lagi pula itu baru isu. Belum tentu benar. Cuma setelah saya menonton tayangan stasiun TV ber-tagline ‘televisi masa kini’ itu isinya konten-konten lawas. Sinetron ‘Suami-Suami Takut Istri’ yang diproduksi entah berapa tahun lalu, sekarang nongol pada slot ‘prime time’," sebut Joko Intarto seperti dikutip dari jpnn.com, Jakarta, Rabu (14/08/2019).
Baca Juga: Wishnutama Angkat Kaki, Ini Sosok CEO Baru NET TV
Sindiran menohok berikutnya yang ditulis Joko Intarto ialah perihal sosok Wisnuthama dalam tubuh Net TV. Kala itu, Net TV hadir sebagai pengganti stasiun televisi Spacetoon. Wisnuthama menyulap Net TV menjadi televisi yang mengudara dan glamor dengan harga produksi yang mahal tentunya.
Mengkaji hal itu, Joko Intarto lantas membandingkan Net TV dengan stasiun televisi yang pernah ia pimpin, JAK TV. Demi memproduksi konten yang bagus, JAK TV rela menanggung rugi selama tujuh tahun berturut-turut.
Joko Intarto lantar merefleksikan kondisi JAK TV kepada Net TV saat ini. Ia mengamini bahwa program yang bagus tidak ada yang didapat dengan cuma-cuma alias mahal. Berikut adalah penggalan dari tulisan Joko Intarto mengenai Net TV.
Baca Juga: NET TV Punya CEO Baru, Warganet Ramaikan #SuratUntukCEOBaruNET, Ini Isinya
Saya menduga. Sejak menjadi NET TV, strategi bisnisnya berubah. NET TV mulai membangun strategi bisnis seperti TV nasional. Buat dulu konten yang bagus agar ratingnya tinggi. Kalau ratingnya tinggi pengiklan akan masuk dengan harga mahal.
Teori itu tidak salah. Semua TV nasional melakukannya. Dan sukses. Wisnuthama adalah tokoh industri penyiaran TV yang lahir dari TV nasional. Dan juga membuktikan suksesnya sendiri.
Sayangnya program bagus itu tidak ada yang gratis. Bahkan untuk disebut murah pun sangat sulit. Biaya produksi dan siaran NET TV pasti mahal sekali.
Sebelum itu saya pernah berada pada kondisi yang mirip-mirip. Saat ditugaskan Pak Dahlan Iskan membantu stasiun JAK TV.
JAK TV adalah TV lokal Jakarta. Tapi awaknya semua dari stasiun TV nasional. Cara berpikirnya TV nasional. Model bisnisnya mirip TV nasional: Buat dulu konten yang bagus. Biar ratingnya tinggi. Nanti iklannya akan datang dengan harga mahal.
Apakah NET TV senasib dengan JAK TV? Saya tidak tahu persis. Sudah lima tahun saya meninggalkan industri penyiaran TV. Pindah haluan ke TV online. Kemudian TV interaktif. Yang kini popular dengan sebutan webinar.
Webinar memang tidak seheboh stasiun TV. Tapi webinar bisnis yang nyata. Penonton webinar tidak perlu banyak. Karena setiap peserta harus membayar. Beda dengan stasiun TV. Yang bisnisnya ditentukan mimpi bernama rating tinggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: