PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) mengaku akan melaksanakan Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue pada September 2019 mendatang. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI ini berencana bakal melepas saham baru sebanyak 3 miliar saham atau 12,32 persen dari modal yang disetor.
Adapun periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD akan berlangsung pada 10-17 September 2019. Sebelum itu, BRI Agro menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 26 Juni 2019, diikuti dengan proyeksi tanggal efektif penyataan pendaftaran HMETD pada 27 Agustus 2019.
Direktur Utama BRI Agro, Agus Noorsanto mengatakan, pihaknya menargetkan dapat menambah dana hingga Rp700 miliar dari aksi korporasi tersebut.
Baca Juga: Terbitkan Saham Baru, BRI Agro Dapat Restu Pemegang Saham
"Tujuan untuk memperbesar kapasitas bisnis, kalau modal nambah maka kapasitas bertambah. Kedua, kita ingin mmperkuat infrastruktur IT (digital) kita, kita butuh tambahaan modallah paling tidak Rp50-100 miliar kita alokasikan disitu," ujar Agus saat temu media di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Agus menjelaskan, dalam aksi kali ini, BRI tidak akan menggunakan haknya. Dengan begitu, kepemilikan saham bank terbesar di Indonesia itu akan terdelusi menjadi sekitar 76,35 persen dari saat ini sebesar 87,10 persen.
"Kepemilikan BRI sekarang tidak diambil karena ingin perbesar porsi masyarakat supaya lebih liquid. Dari right issue, harapannya saham publik dari 6,5% meningkat menjadi 20% saham yang dimiliki masyarakat," ungkapnya.
Lewat righst issue tersebut, BRI Agro berharap bisa naik kelas dari Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II menjadi BUKU III. Adapun saat ini modal yang dimiliki perusahaan sekira Rp 4,45 triliun. Sementara bila emiten berkode AGRO ink ingin naik BUKU III maka wajib memiliki modal paling sedikit Rp5 triliun.
Baca Juga: Bank BRI Agro Jalin Gandeng Lion Group untuk Salurkan Pinjaman Berbasis Digital,
"Syukur-syukur bisa jadi bank BUKU III. Dengan naik (BUKU III) maka aktivitas funding meningkat dan otomatis fee based kami juga meningkat. Kami optimis," jelasnya.
Selain itu, Agus menambahkan, dana dari right issue ini juga akan digunakan BRI Agro untuk menambah pencadangan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) guna menyiapkan diri dalam menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang mulai berlaku tahun depan.
Asal tahu saja, PSAK 71 yang mengacu kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9 ini akan menggantikan PSAK 55 yang sebelumnya berlaku.
Standar baru ini mengubah secara mendasar metode penghitungan dan penyediaan cadangan untuk kerugian akibat pinjaman yang tak tertagih. Jika berdasarkan PSAK 55, kewajiban pencadangan baru muncul setelah terjadi peristiwa yang mengakibatkan risiko gagal bayar (incurred loss), PSAK 71 memandatkan korporasi menyediakan pencadangan sejak awal periode kredit.
Baca Juga: Dalam Tiga Bulan, Kinerja BRI Agro Masih Sesuai Target
Kini, dasar pencadangan adalah ekspektasi kerugian kredit (expected credit loss) di masa mendatang berdasarkan berbagai faktor; termasuk di dalamnya proyeksi ekonomi di masa mendatang.
Meskipun telah memastikan diri akan right issue September 2019 mendatang, namun Agus masih enggan menyebutkan berapa harga saham ditawarkan saat right issue. Yang pasti, lanjutnya, harganya akan sangat kompetitif dan menarik untuk pasar.
Pada Desember 2018, saham AGRO tercatat Rp310 per lembar saham, kemudian mencapai Rp320 per lembar saham pada akhir Maret 2019 dan mencapai Rp372 pada 2 Agustus 2019.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: