Kementerian Pertanian (Kementan) selama ini turut aktif dalam program pemberantasan narkoba. Melalui kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementan mempunyai peran mendukung melalui program penanaman jagung.
Kepala Seksi Pemanfaatan Benih, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Endy Fachrial menyatakan program bantuan peningkatan produksi jagung kerja sama dengan BNN telah terealisasi pada minggu lalu tanggal 21 Agustus di Kabupaten Bireun Aceh. Kementan dan BNN saling bersinergi memberantas penyalahgunaan narkoba.
"Jadi salah satu langkah nyatanya dengan melakukan penanaman jagung di lahan yang biasa sebelumnya ditanam tanaman terlarang," demikian kata Endy di Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Baca Juga: Produksi dan Kualitas Jagung Indonesia Tidak Kalah Saing dengan Impor
Endy menjelaskan program ini bertajuk Grand Design Alternative Development (GDAD), di mana merupakan lanjutan dari program tahun sebelumnya. Pada dasarnya, menurut Endy, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, meningkatkan produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Bireuen, serta mengoptimalkan potensi lahan kering untuk pengembangan jagung.
"Kami ingin berkontribusi untuk memberdayakan masyarakat yang sebelumnya menanam tanaman ganja menjadi menanam yang bermanfaat. Dan saya sangat yakin usaha tani jagung ini akan lebih menguntungkan. Kita harus bisa mengubah pola pikir masyarakat di sana," lanjut Endy.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bireun, Syahrul menyebutkan bahwa saat ini telah dilakukan penanaman jagung hibrida varietas Bisi-18 seluas 30 hektar di Desa Meunasah Bungo, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen. Dengan adanya bantuan benih dan saprodi dari pemerintah, ditargetkan September ini sudah tanam di 16 kecamatan di Kabupaten Bireuen.
"Untuk bantuannya, kami mendapatkan benih, pupuk NPK dan herbisida," ujarnya.
Yang lebih menarik lagi, ungkap Syahrul, pemasaran hasil produksi jagung petani nanti akan ditampung oleh PT Japfa Comfeed Indonesia. Perusahaan ini telah menawarkan harga pembelian terendah Rp4.050 per kg pipilan kering dengan kadar air 17 persen.
"Kalau begini kami sangat terbantu karena hasil dari masyarakat nanti sudah pasti ada yang langsung menampungnya," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: