Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan Dorong Pengembangan Manggis untuk Konservasi dan Mengurangi Emisi Karbon

Kementan Dorong Pengembangan Manggis untuk Konservasi dan Mengurangi Emisi Karbon Manajer Operasional PT ALC AGRO, Rusman, mengaku saat ini sudah mengembangkan manggis dalam satu hamparan lahan HGU seluas 90 hektare di Desa Kopo Kecamatan Cisarua, Bogor. | Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Buah manggis atau Si Ratu Buah Tropis banyak dijumpai di kawasan hutan atau perkebunan. Di habitat alaminya, pohon manggis banyak ditemukan tumbuh bersanding dengan pohon durian yang dijuluki Raja Buah Tropis. Manggis terkenal bercita rasa eksotik dan memiliki kandungan zat antioksidan tertinggi di antara buah tropis lainnya. Itulah kenapa manggis banyak diminati konsumen, baik pasar domestik maupun ekspor. Tak banyak yang tahu, selain bernilai ekonomi dan bergizi tinggi, ternyata manggis juga turut berperan dalam perbaikan kualitas lingkungan. Lho kok bisa?

Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, di sela-sela kunjungan kerja ke kebun manggis PT ALC AGRO Desa Kopo Kecamatan Cisarua, Bogor menyebut bahwa pengembangan manggis memberi manfaat ganda. Selain manfaat ekonomi langsung, juga berpotensi mengurangi emisi karbon.

Baca Juga: 2020: Kementan Dorong Investor Bangun Tambahan 15 Pabrik Gula Baru

"Tanaman manggis adalah salah satu anugerah yang diberikan Tuhan untuk daerah tropis seperti Indonesia. Selain buahnya bernilai komersil tinggi, manggis juga baik untuk konservasi. Tanaman itu bisa menjadi pelindung kota, memperbaiki kualitas lingkungan karena sifatnya yang every green, akarnya kokoh, serta batangnya kuat dan elestis. Sangat potensial untuk mendukung upaya pengurangan emisi karbon," ujar Liferdi.

Liferdi menjelaskan adanya Protokol Kyoto 1997 yang mengatur tentang perdagangan karbon. Dalam konteks negara, siapa pun yang melakukan upaya pengurangan emisi misalnya CO2 maka berhak mendapatkan kompensasi. Dengan asumsi, 1 ton karbon mendapatkan kompensasi senilai US$71. 

"Sesuai data BPS tahun 2018, kita punya 2,1 juta batang pohon manggis yang sudah menghasilkan atau identik dengan pohon manggis yang sudah berumur tua. Nah, kalau dalam setiap 1 pohon manggis diasumsikan menyimpan 10 kg karbon saja, maka sejatinya sudah berkontribusi mengurangi emisi sebanyak 21.000 ton CO2. Kalau dikalkulasi ekonomi atau diperdagangkan di pasar, karbon bisa senilai kurang lebih US$1,49 juta," papar Liferdi.

Dalam konteks jasa, lanjut Liferdi, lingkungan tanaman manggis yang telah menghasilkan buah mampu memberikan manfaat ekonomi lingkungan kepada masyarakat sebesar US$1,49 juta atau Rp20,8 miliar. 

"Nilai tersebut baru dari aspek pengurangan emisi, belum nilai ekonomi langsung dari hasil buah dan bagian tanaman manggis lainnya. Terlebih lagi kalau dihitung jasa lingkungannya terhadap pengendalian banjir, erosi, dan konservasi air tanah. Luar biasa besar manfaatnya," terang Liferdi yang juga dikenal sebagai pakar manggis tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Puri Mei Setyaningrum
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: