Pengamat Ekonomi Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim, optimis bahwa stok besok hingga akhir tahun mengalami surplus alias melebihi kebutuhan walaupun tahun 2019 terjadi musim kemarau.
Hal ini didukung oleh kondisi pertanaman saat ini yang bagus, di mana penyinaran matahari cukup, minim serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), butir padi mentes padat, produktivitas dan mutu tinggi, serta harga gabah di petani juga bagus Rp 5.100 perkg.
Baca Juga: Stok Bulog Tak Mampu Tahan Naiknya Harga Beras
"Pada musim kemarau ini sejak Juli-September tanam padi sekitar 1 juta hektare per bulan sehingga cukup aman. Data BPS pun mencatat stok beras pada September ini 7,43 juta ton, melimpah jauh lebih tinggi dari stok Desember 2018 yang hanya 3,33 juta ton," demikian kata Karim di Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Fakta lainnya, sambung Karim, bahkan bulan Oktober 2019 ini sudah turun hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi sehingga langsung tanam padi ladang, padi lahan kering dan padi sawah. Untuk Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan mulai tanam 120 ribu hektare.
"Produksi padi di berbagai daerah pun dipastikan aman. Kementan menjaminnya melalui langkah strategis. Misalnya merehabitasi jaringan irigasi dan pompanisasi secara besar-besaran," jelasnya.
Baca Juga: Tjipta Lesmana: Swasembada Beras Bukti Kerja Amran
Karim memastikan langkah strategis ini dipastikan membuahkan hasil. Faktanya, di 2015 tanaman padi terselamatkan dari ancaman El Nino, tidak seperti yang terjadi pada 1997-1998. Padahal, El-Nino 1997-1998 tidak sebesar 2015, tapi impor beras di tahun itu mencapai 12 juta ton.
"Sejak tahun 2015 saat El-Nino terparah, Pemerintah bisa antisipasi dan dapat dilalui dengan baik. Data BPS mencatat terjadi lonjakan tajam produksi padi 2015 dibanding 2014. Artinya Kementan sebenarnya sudah melakukan langkah antisipatif agar kemarau tidak mengganggu produksi,” ujarnya.
Baca Juga: Pengamat: Mimpi Swasembada Beras Jadi Kenyataan
Oleh karena itu, mengacu pengalaman tersebut, Karim menegaskan produksi padi di tahun 2019 ini surplus. Sesuai dengan penghitungan BPS Januari-November 2019 akan ada produksi sebesar 29,4 juta ton beras.
Data Kerangka Sampling Area (KSA) BPS mencatat bahwa stok beras akhir Desember 2018 sebesar 3,33 juta ton, diprediksi akhir November 2019 nanti stock beras naik menjadi minimal 5,5 juta ton, tegasnya.
"Prinsipnya, saya lihat Kementan terus memotivasi petani bahwa tiada hari tanpa tanam dan panen, sehingga stok beras melimpah sepanjang waktu dan tidak ada lagi cerita stok kurang karena musim paceklik,” tegasnya.
Baca Juga: Kementan Dorong Bone Jadi Pionir Produsen Benih Kawasan Timur
Perlu diketahui, menghadapi musim kemarau tahun 2019 ini Kementerian Pertanian (Kementan) tetap melakukan program antisipasi dini dan mitigasi kekeringan seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Infrastruktur sudah terbangun dan hingga sekarang terus dilanjutkan dengan pompanisasi, pipanisasi, sumur dangkal, embung, dam parit, long storage, hingga benih, asuransi dan pasca panennya.
"Jadi, ketersediaan pangan di akhir tahun ini dipastikan tidak mengalami kerawanan. Tidak benar jika ada pihak yang pesimis bahwa akan terjadi sedikit kerawanan stok beras. Justru pengalaman tahun lalu itu surplus dan pada 2019 surplus jauh lebih tinggi," tandas Karim.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih