Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ashanty Didiagnosa Terkena Autoimun, Penyakit Apa Itu?

Ashanty Didiagnosa Terkena Autoimun, Penyakit Apa Itu? Kredit Foto: (Foto : @ashanty_ash/Instagram)

 

Pada perkembangannya, penyakit autoimun belum dapat diketahui penyebabnya secara pasti, sehingga belum dapat disembuhkan. Menurut Dr. dr Iris Rengganis, SpPD-KAI, dokter spesialis penyakit dalam dan ahli di bidang Autoimun, ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit autoimun seperti dialami Ashanty.

 

“Pertama, bisa karena faktor genetika atau faktor keturunan. Kemudian faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, faktor hormonal, serta infeksi. Beberapa penyakit autoimun dipicu atau diperburuk oleh infeksi tertentu,” tutur Iris Rengganis, saat ditemui Okezone beberapa waktu lalu.

 

Iris menuturkan, jenis kelamin juga berpengaruh dalam memicu timbulnya penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu. Perempuan dinilai sangat rentan terkena autoimun karena menurut penelitian, kekurangan vitamin D di Indonesia umumnya terjadi pada kaum wanita.

 

Baca Juga: Idap Penyakit Kanker dan Alami Kebotakan, Ria Irawan Banjir Doa dari Warganet

 

8on28qu1hl97sph3x6qq_17635.jpg

(Foto : Ilustrasi)

 

Setidaknya sekitar 50% wanita Indonesia dengan rentan umur 45-55 tahun diklaim mengalami kekurangan vitamin D. Sementara pada rentan usia 18-40 tahun, angkanya terbilang tinggi hingga mencapai 63%. Secara umum, penyakit autoimun terbagi dua yaitu, penyakit autoimun sistemik dan spesifik organ. Penyakit autoimun sistemik berarti penyakit dapat menyerang seluruh tubuh atau organ dan jaringan, contohnya penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE), artitis rheumatoid (RA), dan sindrom sjogren.

 

Sementara penyakit autoimun spesifik organ berarti berarti penyakit meneyerang satu organ tertentu, contohnya Grave’s Disease dan Hasimoto’s Disease (menyerang kelenjar gondok/tiroid) atau Addison’s Disease (menyerang kelenjar anak ginjal/adrenaline).

 

Di Indonesia sendiri, penyakit autoimun yang paling sering ditemukan adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan artitis rheumatoid (RA) atau yang dikenal dengan istilah rematik. Namun kurangnya edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah serta lembaga terkait, membuat masyarakat awam kesulitan untuk mengetahui lebih rinci tentang bahaya dari penyakit tersebut.

 

“Masih ada kesalahan persepsi. Banyak yang menganggap bahwa kondisi tubuh yang cepat lelah dikaitkan sebagai penyakit musiman biasa. Padahal, bisa saja hal tersebut menjadi salah satu gejala penyakit autoimun atau lupus, sehingga diperlukan edukasi dan deteksi dini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat," tukasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: