“Kalau berhasil, setiap hektar lahan bisa memproduksi calon benih sekitar 5 sampai 6 ton. Jika dibandingkan dengan menjual berupa calon benih jauh lebih mahal dibandingkan dengan jual hasil jagung untuk konsumsi. Selisih keuntungannya sekitar 3 sampai 4 juta rupiah per hektar," bebernya.
Selain menguntungkan petani, Takdir menegaskan program ini pun sebagai solusi nyata untuk menyetop total impor benih jagung hibrida. Dengan demikian, jika dapat memproduksi benih karya anak bangsa, maka dipastikan menghemat devisa.
"Alhamdulillah kegiatan ini direspons baik dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah dan mereka komitmen akan memberi pendampingan teknis termasuk pemasarannya," tegasnya.
Baca Juga: Awas! Berani Mainkan Kualitas Benih Jagung, Kementan Siap Tindak Tegas!
Setelah penandatanganan MoU kegiatan dilanjutkan dengan tanam perdana di Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara dengan rencana luas tanam 100 Ha.
"Kami berharap penanaman ini akan diperluas lagi guna memenhuhi kebutuhan benih berkualitas baik bagi wilayah di desa tersebut maupun di sekitarnya," pungkasnya.
Maikel, Ketua Kelompok Tani Suka Maju mengungkapkan rasa terima kasih kepada Kementan dan pihak terkait yang membantu. Ia meminta pendampingan supaya bisa menghasilkan benih berkualitas sesuai standar mutu dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).
"Kami semakin yakin mampu mengharumkan Sulawesi Utara melalui produksi benih jagung hibrida dan bisa memenuhi ketersediaan benih di wilayah Sulut juga ke Provinsi Sulawesi Tengah dan Ternate dan harapannya nantinya bisa memasok untuk seluruh Indonesia," sebutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: