Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Iklan Uniqlo Picu Protes dan Parodi di Korsel

Iklan Uniqlo Picu Protes dan Parodi di Korsel Tadashi Yanai adalah Pendiri dan Presiden dari Uniqlo. Tadashi Yanai ialah salah satu orang terkaya di Jepang. | Kredit Foto: Dictio
Warta Ekonomi, Jakarta -

Iklan komersial Uniqlo memicu reaksi konsumen Korea Selatan. Iklan itu dianggap mengolok-olok korban perang termasuk comfort women, wanita Korea yang dipaksa melayani tentara Jepang di masa kolonial. Toko-toko Uniqlo di Korsel menjadi target para pemrotes yang menuntut permintaan maaf dari perusahaan tersebut.

Iklan Uniqlo menampilkan Iris Apfel, ikon Amerika berusia 97 tahun dengan lebih dari 1,4 juta pengikut Instagramnya. Iris melakukan percakapan animasi dengan perancang busana berusia 12 tahun Kheris Rogers. "Saya tidak bisa mengingat jauh ke belakang," jawab Apfel ketika Rogers bertanya bagaimana dia berpakaian saat remaja dulu.

Baca Juga: Kekayaan Bos Uniqlo Terus Meningkat, Penyebabnya. . .

Alih-alih diterjemahkan dengan benar, iklan yang ditayangkan di Korsel justru memuat terjemahannya menjadi: "Astaga! Bagaimana saya bisa mengingat sesuatu dari 80 tahun lalu?" Dalam dua hari, video tersebut sudah ditonton lebih dari 101.000 kali. Video parodi 19 detik yang diposting pada hari Sabtu itu menggambarkan kemiripan iklan TV Uniqlo. Iklan mulai ditayangkan bulan ini di Korsel dan pasar lainnya.

Japantimes menyebutkan, seorang mahasiswa Korsel juga memparodikan iklan tersebut dalam sebuah video YouTube dan menjadi viral. Dalam video parodi, mahasiswa Korsel Youn Dong-hyeun berdiri bersama Yang Geum-deok, seorang wanita berusia 90 tahun, mantan buruh paksa di pabrik Mitsubishi Jepang selama Perang Dunia II.

Youn, mahasiswa Jurusan Sejarah, bertanya seberapa sulit bagi Yang ketika dia masih muda. "Mustahil untuk melupakan ingatan yang sangat menyakitkan itu," jawab Yang. Youn mem-posting video itu dengan terjemahan dalam bahasa Inggris dan Jepang.

Sabtu lalu, Uniqlo yang dimiliki Fast Retailing Co. Ltd. Jepang menarik iklannya di Korsel. "Tak ada niat untuk menyinggung masalah wanita penghibur atau sengketa Korea Selatan-Jepang," kata seorang pejabat Uniqlo di Seoul yang meminta namanya tak disebut. 

Uniqlo melihat penurunan penjualan di Korsel sebagai bagian dari boikot. "Terjemahan untuk iklan di Korea Selatan sesungguhnya dimaksudkan untuk membantu menyampaikan pesan komersial asli,” kata pejabat itu. Dia menolak untuk mengidentifikasi siapa yang telah melakukan penerjemahan.

Mahasiswa turun ke jalan ketika protes terhadap iklan meluas. Mereka menuntut permintaan maaf resmi dari Uniqlo. Bang Seulkichan (22), salah satu mahasiswa yang mengawasi sebuah toko Uniqlo di Seoul, memegang papan bertuliskan: "Pemerintahan kolonial 80 tahun yang lalu–kami mengingatnya!"

Baca Juga: Diboikot Korsel, Uniqlo Berencana Suksesi

Menteri Korea Selatan untuk Usaha Kecil dan Menengah Park Young-sun mengatakan kepada Komite Parlemen bahwa kontroversi iklan tersebut sangat menjengkelkan. Istilah "wanita penghibur" adalah eufemisme yang merujuk pada wanita yang melakukan hubungan seks, termasuk mereka yang dipaksa melakukannya untuk tentara Jepang sebelum dan selama Perang Dunia II.

Hubungan antara kedua negara itu berada dalam kondisi terburuk dalam beberapa dasawarsa setelah keputusan Pengadilan Tinggi Korsel tahun lalu memerintahkan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp Jepang dan Mitsubishi Heavy Industries memberi kompensasi kepada para pekerja paksa di masa perang.

Juli lalu, Jepang memperketat kontrolnya atas ekspor tiga bahan utama teknologi tinggi ke Korsel. Seoul menuduh Tokyo mengambil langkah tersebut sebagai balasan atas putusan pengadilan Korsel. Kejadian ini mendorong aksi boikot produk Jepang di negara ginseng itu.

Korsel dan Jepang memiliki sejarah pahit sejak masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea, 1910-1945. Perdana Menteri Korsel Lee Nak-yon Selasa kemarin pergi ke Jepang untuk menghadiri upacara penobatan Kaisar Naruhito atas nama Presiden Moon Jae-in.

Lee berencana untuk bertemu Perdana Menteri Shinzo Abe pada Kamis. Pertemuan itu menjadi kontak tertinggi antara kedua negara sejak pembatasan ekspor Juli.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: