Nilai tukar dolar AS jatuh di tengah sentimen damai dagang AS-China yang semakin positif. Penandatanganan perjanjian dagang tahap I yang kian pasti membuat pelaku pasar menjauh dari mata uang safe haven, dolar AS, dan beralih untuk bermain aset-aset berbasis keuangan dari negara berkembang.
Akibatnya, mata uang Paman Sam itu diterpa tekanan jual dari berbagai penjuru dan terkoreksi di hampir semua mata uang dunia. Pada perdagangan spot awal pekan ini, Senin (4/11/2019), dolar AS tertekan oleh dolar Australia, euro, dolar New Zealand, poundsterling, dan dolar Kanada.
Baca Juga: Trump-Xi Jinping Siap Bertemu, Damai Dagang Bukan Hal Semu!
Pergerakan dolar AS semakin terbebani oleh tekanan dari pasukan mata uang Asia, seperti yuan, won, dolar Singapura, dolar Taiwan, dan rupiah. Beruntung, dolar AS masih unggul terhadap franc, dolar Hongkong, yen, dan baht.
Nasib yang berbanding terbalik dialami oleh rupiah, di mana pada pagi ini rupiah bergerak dnegan kecenderungan menguat di hampir semua mata uang. Pada pembukaan pasar tadi pagi, rupiah bahkan mampu mengusir dolar AS dari level Rp14.000 dengan menguat 0,29% ke level Rp13.990 per dolar AS.
Baca Juga: Dolar AS Cs Menggempur, Rupiah Babak Belur!
Meski begitu, hingga pukul 10.43 WIB, apresiasi rupiah terkikis menjadi 0,21% ke level Rp14.006 per dolar AS. Selain itu, rupiah juga unggul terhadap dolar Australia (0,08%), euro (0,12%), dan poundsterling (0,18%).
Performa rupiah semakin ciamik ketika masuk menjadi tiga besar mata uang terbaik di Asia setelah won (-0,25%) dan dolar Taiwan (-0,02%). Adapun di hadapan mata uang Asia lainnya, rupiah unggul, yakni baht (0,39%), yen (0,26%), dolar Hongkong (0,22%), dan dolar Singapura (0,17%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: