Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rogoh Kocek sampai Rp5,6 Miliar, AS Bisa Atasi Bug di Helm Pilot Jet F-35

Rogoh Kocek sampai Rp5,6 Miliar, AS Bisa Atasi Bug di Helm Pilot Jet F-35 Kredit Foto: Lockheed Martin

Pengumuman kontrak untuk pajangan helm baru datang hanya beberapa hari sebelum sidang bersama panel Komite Layanan Angkatan Bersenjata Parlemen terkait program F-35 senilai USD406 miliar, proyek senjata paling mahal dalam sejarah.

Proyek ini telah dilanda masalah selama fase pengembangan dua dekade. Tahun lalu, Kantor Akuntabilitas Pemerintah mengatakan proyek itu memiliki 966 gangguan yang belum terselesaikan, dengan lebih dari 150 kemungkinan tidak bisa diselesaikan sebelum produksi full-rate atau skala penuh.

Jet siluman tersebut masih menjalani penyelesaian pengujian pertempuran yang ketat terhadap sistem pertahanan musuh potensial selama beberapa bulan lagi. Namun demikian, Pentagon yakin dengan kemampuan pesawat.

Baca Juga: Masalah Proyek Pesawat F-35 Akan Segera Diatasi Turki-AS

Belum lama ini Lockheed Martin menerima kontrak senilai USD34 miliar untuk memproduksi lagi 478 unit jet tempur F-35, yang menjadikan jumlah produksi saat ini mencapai 1.000 pesawat. Sedangkan total rencana produksi yang diinginkan Amerika sebanyak 3.100 unit.

F-35 tersedia dalam tiga varian dan digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Korps Marinir. Lebih dari 10 negara telah berkomitmen untuk membeli pesawat, termasuk Jepang, Korea Selatan, Inggris, Israel, Australia dan Belanda.

Helm yang canggih dibuat sebagai bagian dari usaha patungan oleh Rockwell Collins Inc dan Elbit Systems of America. Shells (bahan keras helm) menggabungkan Kevlar dan serat karbon, dan dibuat khusus agar pas dengan kontur kranial masing-masing pilot. Penggantian dapat dilakukan menggunakan database pengukuran kepala yang disimpan untuk masing-masing pilot.

Salah satu fitur berteknologi tinggi dari tampilan helm adalah kemampuan pilot untuk melihat citra video di mana mereka akan mendarat hanya dengan melihat ke bawah saat turun secara vertikal. Penguncian senjata dapat dilakukan dengan melihat target melalui helm.

"Kami sedang dalam proses mengembangkan, meningkatkan dan menerjunkan sistem baru dan umpan balik dari pengguna sangat positif," kata Gigliotti. "Pilot bersemangat untuk mendapatkan peralatan baru ini."

 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: