Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendulang Untung Sambil Berlayar Menuju Pelabuhan Kelas Dunia

Mendulang Untung Sambil Berlayar Menuju Pelabuhan Kelas Dunia Kredit Foto: Sufri Yuliardi

 

Kinerja Operasional Melambung

Rangkaian transformasi yang sudah dilakukan perusahaan juga langsung terlihat dari meningkatnya kinerja operasional perusahaan. Hal itu terefleksi dari jumlah arus peti kemas di tahun 2018 yang mencapai 7,64 juta TEus. 

 

Angka itu meningkat 10,24% dari jumlah arus peti kemas perusahaan 2016 yang sebesara 6,92 juta TEus. Arus kapal perusahaan juga ikut mengalami peningkatan sebesae 10,95% menjadi 24,3 juta GT. Sementara untuk arus penumpang, peningkatannya terlihat lebih signifikan lagi, mencapai 39,25% menjadi 612,68 ribu orang. 

 

Melihat capaian kinerjanya di tahun lalu, perusahaan optimistis dapat meraup laba bersih di 2019 sebesar Rp2,61 triliun atau tumbuh 7,4% dari posisi laba di akhir tahun 2018 lalu. Sebagai salah satu strategi untuk meraihnya perusahaan bakal menggenjot pendapatan usahanya hingga dapat bertumbuh sebanyak 18% menjadi Rp13,5 triliun.

Digitalisasi jangan di semua pelabuhan.

 

Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menuturkan saat ini digitalisasi pelabuhan dirasa masih sebatas tren. Sementara arti pentingnya dari digitalisasi belum terlalu signifikan. 

 

Baca Juga: Fokus Digitalisasi, IPC Bidik Jadi Pelabuhan Berkelas Dunia

 

“Ada sistem IT, tetapi interkoneksi dengan perusahaan pelayaran ridak ada. Padahal di sistem IT kita banyak sekali platform untuk itu,” katanya kepada Warta Ekonomi, Senin (12/11).

 

Disamping itu, dikatakan Siswanto digitalisasi pelabuhan lebih tepat jika dilakukan di pelabuhan yang tergolong ramai. Seperti Tanjung Priouk dan Pelabuhan Panjang. Karena jika digitalisasi diterapkan di pelabuhan yang relatif sepi lalu lintas barang dan juga penumpangnya, dikhawatirkan malah membuat beban keuangan perusahaan bertambah berat. 

 

Namun bukan berarti pelabuhan yang masuk dalam kategori sepi tidak diperhatikan. Menurut Siswanto, untuk pelabuhan yang merugi dan memiliki produktivitas rendah sebaiknya dilebur menjadi satu pelabuhan besar.

 

Dengan begitu biaya pemeliharaan dapat ditekan dan dana yang sedarinya dialokasikan untuk pembaruan sistem IT dialihkan untuk penggabungan pelabuhan. “Seperti di pelabuhan Jambi dan Bengkulu, itu merupakan pelabuhan yang merugi. Sementara ada pelabuhan panjang yang secara lokasi lebih dekat dengan para pebisnis,” jelasnya.

 

Baca Juga: Berambisi Jadi Pelabuhan Kelas Dunia, Ini 3 Fokus IPC di 2019

 

Karena lanjut Siswanto, digitalisasi dikatakan menekan biaya operasional hanya ada diatas kertas saja. Secara riil pelaku usaha harus melihat operasionalnya sendiri seperti apa, karena jika produktivitasnya tinggi, arus barangnya juga pasti tinggi. Pelabuhan yang seperti itu yang pas untuk dibuat pelabuhan digital. 

 

 

Sebagai catatan,  IPC memiliki 12 cabang pelabuhan yang berada di berbagai wilayah barat Indonesia. Ditargetkan pada tahun ini, keseluruhan cabang pelabuhan perusahaan sudah bisa menjalankan digitalisasi pelabuhan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: