E-Commerce yang Pernah Diboikot Warganet Ini Klaim Hampir Raup Profit, Gimana Sih Strateginya?
Bukalapak mengklaim telah mencatatkan pendapatan lebih banyak pada tahun ini, bahkan mengaku telah berada di fase menuju profit demi mencapai bisnis berkelanjutan.
Menurut Co-Founder dan Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, perusahaannya telah berupaya memonetisasi platform-nya di tahun ini. Sumber utama pendapatan berasal dari fitur berbayar bernama program penjual super yang dirilis awal tahun ini.
"Program fitur berbayar telah tumbuh 135% tahun ini, setara dengan ratusan ribu dari total lima juta pedagang di Bukalapak," kata Fajrin, dikutip dari KrAsia, Kamis (5/12/2019).
Baca Juga: Presiden Bukalapak Temui Wapres, Ada Apa?
Baca Juga: Dorong Inklusi Keuangan, Bukalapak Gandeng Warung Tradisional di Kota Kediri
Fitur tersebut menawarkan lencana premium, statistik penjualan, investaris barang, skor kinerja, hingga umpan balik instan kepada para penjual. Tiap transaksi yang dilakukan di penjual premium dikenakan 1-3% komisi.
Dalam keterangan yang sama, Bukalapak membeberkan, "fitur tersebut sudah dikenalkan sejak tiga tahun lalu, namun kami memperbaikinya tahun ini."
Strategi Bukalapak Capai Profit
Menurut Rasyid, investor telah menyoroti strategi perusahaan untuk menciptakan keuntungan karena sejumlah faktor, seperti perang dagang dan kasus IPO startup di dunia internasional yang berujung buruk.
"Hal itu membuat investor jadi lebih berhati-hati, bukan hanya fokus ke nilai total transaksi (GMV)," imbuhnya.
Dengan demikian, Bukalapak bakal fokus untuk mencapai profit dengan meningkatkan laba kotor, bukan pertumbuhan transaksi saja.
Selain program penjual super, Bukalapak juga menerima biaya komisi dari perusahaan logistik yang bekerja sama dengannya. Sayangnya, Fajrin enggan menyebutkan besaran komisi itu.
"Kami menerima biaya (komisi logistik) sejak tahun ini, itu menjadi bagian dari pendapatan tetap perusahaan," begitu menurut Fajrin.
Tentang pengeluaran, Fajrin mengklaim Bukalapak memiliki pengeluaran paling efisien dibanding e-commerce lain; berfokus pada pencapaian pengembalian ekuitas yang tinggi.
Namun, pada September lalu, Bukalapak dilaporkan memutus kontrak 100 karyawan sebagai langkah untuk membuat bisnisnya berkelanjutan.
Kepala Strategi Bukalapak, Teddy Oetomo menargetkan Bukalapak mencapai titik impas dan meraih keuntungan di masa depan. Menurutnya, laba kotor perusahaan sudah menginkat tiga kali lipat para paruh pertama 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada bulan Oktober, perusahaan itu juga menutup pendanaan seri F, di mana Shinhan GIB yang berbasis di Korea Selatan menjadi investor baru. Itu membawa penilaian Bukalapak bernilai lebih dari US$2,5 miliar, menurut pernyataan pers oleh Shinhan GIB.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna