Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Kopi Kekinian Makin Berkembang, Pemain Baru Masih Punya Peluang

Bisnis Kopi Kekinian Makin Berkembang, Pemain Baru Masih Punya Peluang Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Munculnya gaya baru cara minum kopi di kalangan milenial seperti minuman kekinian berbahan kopi menjadi pendorong utama tumbuhnya bisnis kopi. Tingginya margin bisnis kopi kekinian pun membuat bisnis kopi menjadi semakin digandrungi.

Melihat hasil riset yang dilakukan Majalah MIX MarComm dan Toffin menunjukkan, beberapa outlet baru bisnis kopi didominasi oleh kopi kekinian, seperti Kopi Kenangan (2016) sebanyak 175 outlet, Kopi Soe (2017) sebanyak 150 outlet, Kulo (2018) sebanyak 300 outlet, dan Janji Jiwa (2018) sebanyak 500 outlet.

Riset yang dilakukan melalui indepth interview dengan para pemangku kepentingan di industri kedai kopi Indonesia menunjukkan setidaknya ada tujuh faktor yang mendorong pertumbuhan bisnis kedai kopi di Indonesia, yaitu kebiasaan (budaya) nongkrong sambil ngopi, meningkatnya daya beli konsumen, tumbuhnya kelas menengah, dan harga RTD Coffee di kedai modern yang lebih terjangkau.

Baca Juga: Bisnis Kedai Kopi di Indonesia Cerah, Jumlahnya Melesat 3X Lipat

Kemudian dominasi populasi anak muda Indonesia (Generasi Y dan Z) yang menciptakan gaya hidup baru dalam mengonsumsi kopi, kehadiran media sosial yang memudahkan pebisnis kedai kopi melakukan aktivitas marketing dan promosi, serta kehadiran platform ride-hailing (GrabFood dan Go-Food) yang memudahkan proses penjualan.

Tidak hanya itu, rendahnya entries barriers dalam bisnis kopi yang ditunjang dengan ketersediaan pasokan bahan baku, peralatan (mesin kopi), dan sumber daya untuk membangun bisnis kedai kopi, dan margin bisnis kedai kopi yang relatif cukup tinggi, juga menjadi faktor pendorong.

Andreas Chang, CEO Tahta Coffee, mengatakan, melihat perkembangan faktor-faktor pendorong tersebut, bisnis kedai kopi di Indonesia pada tahun depan diperkirakan masih akan positif. Bahkan, diyakini pasar kedai kopi masih kuat karena studinya selama lima tahun menunjukkan bahwa konsumsi RTD Coffee meningkat tiga kali lipat.

"Ini masih sangat jauh gap-nya, jadi bisnis ini masih emerging," tutur Andreas Chang, dalam paparan hasil riset, Selasa (17/12/2019).

Dengan jumlah gerai yang terdata saat ini dan asumsi penjualan rata-rata per outlet 200 cup per hari, serta harga kopi per cup Rp22.500, Toffin memperkirakan nilai pasar kedai kopi di Indonesia mencapai Rp4,8 triliun per tahun.

Proyeksi pertumbuhan pada 2020 itu berdasarkan insight dari konsumen yang dikumpulkan melalui survei online kepada kalangan muda (generasi Y dan Z) penggemar kopi di Indonesia.

Baca Juga: Harumnya Kopi Indonesia Sampai Rusia, Tanamera Coffee Ekspor Kopi Senilai Rp2 Miliar

Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa kedai Coffee to Go yang menyediakan RTD Coffee berkualitas dengan harga terjangkau sangat diminati generasi yang mendominasi populasi Indonesia saat ini.

Dalam setahun terakhir, 40% generasi ini membeli minuman kopinya dari gerai kopi jenis ini. Dengan rata-rata alokasi belanja untuk minuman kopi (share of wallet) Rp200.000 per bulan, bisnis kedai kopi jenis ini diperkirakan akan tumbuh signifikan pada tahun-tahun mendatang.

Sementara Ario Fajar, Head of Marketing Toffin, menambahkan, hasil riset yang dilakukan bisa menjadi landasan bagi pelaku bisnis atau calon pebisnis kedai kopi untuk membangun dan mengembangkan usahanya, baik dari sisi sales, marketing, maupun operasional.

Hasil riset juga dapat digunakan oleh pelaku bisnis untuk mengetahui bisnis apa yang sedang tren, bagaimana pesaingnya dan seperti apa proyeksi bisnis ke depannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: