Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KTT Kuala Lumpur Akan Gantikan OKI? Ini Respons Tegas Mahathir

KTT Kuala Lumpur Akan Gantikan OKI? Ini Respons Tegas Mahathir Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad memgecam sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. | Kredit Foto: Sindonews
Warta Ekonomi, Kuala Lumpur -

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, membantah laporan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kuala Lumpur dimaksudkan untuk menggantikan Organisasi Kerjasama Islam (OKI). KTT Kuala Lumpur digelar hari ini, hingga 21 Desember mendatang.

Dalam keterangan pers Kantor Perdana Menteri Malaysia yang diterima pada Rabu (18/12/2019), Mahathir awalnya mengatakan bahwa dia telah menerima telepon dari Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan mengenai batalnya dia menghadiri KTT Kuala Lumpur.

Baca Juga: Erdogan Ajak 57 Negara OKI Lawan Israel

Mahathir kemudian merespon, apa yang dia sebut laporan yang salah seperti yang dilaporkan di Pakistan Today. Di mana, Pakistan Today melaporkan, Mahathir telah mengatakan bahwa KTT Kuala Lumpur dimaksudkan untuk menjadi platform untuk menggantikan OKI.

"KTT Kuala Lumpur yang memasuki edisi ke-5 adalah inisiatif Organisasi Non-Pemerintah, yang didukung oleh Pemerintah Malaysia dan tidak dimaksudkan untuk menciptakan blok baru sebagaimana disinggung oleh beberapa kritikusnya. Selain itu, KTT ini bukan platform untuk membahas tentang agama atau urusan agama tetapi secara khusus untuk membahas keadaan urusan umat Islam," bunyi keterangan kantor Perdana Menteri Malaysia.

"Hari ini umat dihadapkan dengan penindasan, penahanan jutaan, ditempatkan di kamp-kamp penahanan, perang sipil yang mengakibatkan kehancuran total kota-kota dan negara-negara yang menyebabkan migrasi massal Muslim yang dipindahkan ke negara-negara non-Muslim, kebangkitan Islamofobia dan praktik irasional yang menentang ajaran Islam namun diproklamirkan atas nama Islam," sambungnya.

Hal ini, menurut kantor Mahathir, yang menjadikan alasan digelarnya KTT dan edisi tahun ini berupaya melampaui debat intelektual dan diskusi dan alih-alih mengejar langkah-langkah, pilar, atau tujuan tertentu yang dianggap dapat dicapai dan diimplementasikan.

"KTT ini juga sangat menyadari bahwa untuk mengejar pilar-pilar dan tujuan-tujuan ini dengan pengelompokan yang terlalu besar akan membuatnya sulit dan mungkin gagal bahkan sebelum dimulai. Pemilihan negara-negara utama adalah untuk tujuan spesifik, tetapi daftar ini tidak lengkap setelah inisiatif ini dilepas," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: