Ketua STASI Minta Maaf
Terpisah, ketua STASI (istilah kewilayaan dalam Gereja Katolik), Mardu Lubis, menegaskan selama menjalankan ibadah di Jorong Kampung baru, sama sekali tidak ada gangguan. Bahkan, dia pun sama sekali tidak kepikiran kalau persoalan ini menjadi viral. Mereka tetap melaksanakan ibadah dengan cara berpindah-pindah dari rumah ke rumah yang jaraknya pun tidak terlalu jauh dan masih dalam kawasan Jorong kampung Baru.
Terkait cap stempel gereja yang menjadi pemicu adanya penolakan dan cikal bakal terbitnya surat pernyataan bersama pada tahun 2017 lalu, Mardu Lubis menyampaikan permohonan maaf. Khususnya kepada Ninik Mamak Sikabau yang mungkin salah mengartikan arti dari stempel tersebut. Menurutnya, stempel itu memang digunakan hanya untuk interen mereka saja. Kegunaannya, untuk proses administrasi kalau ada umat yang ingin menikah.
Baca Juga: Berikan Ucapan Selamat Natal, Jokowi: Semoga Kedamaian Jadi Pengiring Langkah Kita
"Mengenai stempel itu, memang saya terlebih dahulu minta maaf soal stempel. Stempel itu berguna bagi kami adalah apabila salah satu umat kami mau nikah. Tentu, kalau dia mau nikah ke Medan, dia akan minta persetujuan dari sini, apakah benar dia umat dari situ, tandanya itu. Maka itu, saya minta maaf khususnya kepada Ninik Mamak Sikabau yang mungkin salah mengartikan arti dari stempel itu. Itu kegunaan stempel itu cuma itu. Artinya, surat pengantar antar umat kita ini ke Padang, Medan, ke Jakarta. Itu saja sebenarnya," kata Mardu.
Dijelaskan Mardu Lubis, permasalahan ini dimulai sejak tahun 2017. Terutama keluar surat pelarangan. Namun, dia merasa di jajaran Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, tidak ada yang namanya pelarangan. Hanya saja, mungkin datang dari kelompok tertentu atau di sini disebut suku Ninik Mamak. Namun kata Mardu, dengan alasan yang disampaikan, kadang bisa dipercaya. Kalau dulu, mereka sudah mengadakan perjanjian. Kalau wilayah trans ini tidak diperjual belikan selain kepada orang Jawa.
Terkait dengan siapa Sudarto, Program Manager Pusat Studi Antarkomunitas (Pusaka) Padang, sebuah lembaga yang mengadvokasi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Sumatra Barat yang juga mengangkat isu ini, Mardu Lubis mengaku tidak kenal dan tidak pernah menjalin komunikasi.
"Nah, mengenai mas Darto, mungkin karena kami punya atasan tadi seperti Pastor, nah Pastor inilah yang memberikan mungkin ke Padang ini. Perasaan saya dari Padang itu, mungkin terjadilah seperti ini. Mungkin saya dibilang kenal dengan mas Darto, saya rasa mungkin juga tidak. Tapi nampaknya dari mas Darto ini, agak apalah namanya ya, saya dak bisa menjamin. Artinya, gimana namanya. Sepihak, memang mau membantu di sini supaya lebih clear begitu, sepihak seperti dikatakan kawan, bahwa ini ada pilkada. Memang kalau pilkada saya enggak tahu," ujar Mardu.
Mardu mengaku, sejak kasus ini mencuat ke publik, dia sama sekali belum pernah bertemu atau menjalin komunikasi dengan Darto. Dan, sepengetahuannya, Darto juga belum pernah berkunjung ke Jorong Kampung Baru.
"Belum melakukan kunjungan ke sini. Jujur, saya belum pernah kenal dan bertemu. Komunikasi belum, kalau langsung saya yang bicara langsung belum. Tapi, kalau umpamanya dari wartawan, dari Jakarta mungkin pernah. Sepengetahuan saya, Darto belum ke sini. Jujur sepengetahuan saya, belum pernah. kalau kesini pasti ketemu dengan saya," kata Mardu.
Terlepas dari polemik yang terjadi, Mardu Lubis berharap untuk ke depan, mudah-mudahan Ninik Mamak Nagari Sikabau bisa menerima keberadaannya dan umat se-agama di Jorong Kampung Baru. Karena, selama ini mereka juga menganggap Jorong Kampung Baru adalah kampung mereka sendiri.
"Harapan kita, sebenarnya mudah-mudahan Ninik Mamak Nagari Sikabau bisa menerima kami di sini. Karena kami pernah beranggapan bahwa kampung baru ini adalah kampung kami. Artinya, bisa kami beribadah dari rumah-ke rumah, itu lebih dari cukup. Selama ini ibadah tetap kami laksanakan. Tidak ada gangguan selama beribadah. Viral ini pun, saya enggak sampai ke situ pikiran saya," tutur Mardu.
Natal Menggema
Sekitar Lima ratus umat Kristiani yang datang dari berbagai tempat di Kabupaten Dharmasraya, Selasa malam, 24 Desember 2019, merayakan Natal umum dengan damai dan aman. Sejak sore tadi, mereka mulai memadati ruangan gedung Perlapelapean di Jorong Koto Ranah Baru, Nagari Kurnia Selatan, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya yang memang disiapkan sebagai tempat perayaan dan ibadah Natal.
Banyaknya jemaah yang datang, sekaligus mematahkan isu kalau di Kabupaten yang dikenal dengan julukan Ranah Cati Nan Tigo itu, ada larangan perayaan dan ibadah Natal. Pantauan di lapangan, meski ada pengamanan dari kepolisian, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda riak penolakan atau larangan baik dari masyarakat maupun pemerintah setempat.
"Pada saat ini, perayaan Natal kita aman, tentram dam kondusif. Meski ada isu tentang larangan perayaan dan ibadah Natal, namun sampai saat ini tidak berpengaruh. Kita tetap kondusif," kata Pendeta Roy Hutapea.
Roy Hutapea pun mengapresiasi upaya yang dilakukan baik oleh pemerintah Kabupaten Dharmasraya maupun kepolisian serta tokoh masyarakat yang hingga kini ikut memberikan pelayanan bagi umat Kristiani agar dapat melaksanakan perayaan dam ibadah Natal dengan aman dan lancar.
"Meski ada isu tentang larangan perayaan dan ibadah Natal yang ada di media, namun sama sekali tidak berpengaruh. Kita tetap kondusif. Dan juga, dipantau selalu oleh pemerintah setempat termasuk polisi, Nagari, Jorong, semua ikut memberikan pelayanan bagi umat kita. Tiap tahun selalu kita laksanakan di sini," kata Roy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: