Trump Akui Gak Mau Memantik Peperangan dengan Iran, Eh Teheran Setuju Gak?
Gedung Putih dalam pernyataannya menyampaikan, Trump telah menelepon Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi.
"Presiden Trump menekankan perlunya melindungi personel dan fasilitas Amerika Serikat di Irak," ungkap pernyataan Gedung Putih.
Pompeo dalam wawancara eksklusif dengan CBS News mengatakan, pejabat AS tidak pernah mempertimbangakan untuk mengevakuasi keduataan. "Kami mengingatkan Irak sepanjang hari tentang tanggung jawab mereka," kata Pompeo.
Baca Juga: Hancur Lebur Dibakar Massa, Begini Penampakan Kedubes AS di Irak
Sebelumnya, militer AS melakukan serangan udara di Irak dan Suriah, Ahad (29/12) waktu setempat. Serangan tersebut ditunjukkan terhadap kelompok milisi Kataib Hezbollah sebagai belasan atas serangan roket yang menewaskan kontraktor sipil AS di pangkalan militer di Irak.
Serangan tidak biasa terhadap misi diplomatik AS ini memperlihatkan tajamnya konflik proksi antara AS dan Iran. Kedua negara itu memiliki pengaruh yang kuat di Irak. Saat ini hubungan AS dan Iran berada di titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Atas dasar respons serangan udara AS ini, kemudian pendemo menyerbu Kedubes AS di Baghdad, Irak. Unjuk rasa pun berakhir ricuh. Pengunjuk rasa melemparkan batu dan membakar pos keamanan Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Baca Juga: Dana Pajak Miliaran Rupiah Digelapkan, Hamas Ajak Pemerintah Palestina Tantang Israel
Hampir setiap harinya Irak dipenuhi ribuan orang yang turun ke jalan untuk mengutuk antara lain para milisi seperti Kataib Hezbollah dan Iran yang mendukung pemerintahan Abdul Mahdi. Kataib Hezbollah adalah salah satu milisi yang paling kecil tetapi paling kuat yang didukung Iran. Benderanya digantung di pagar yang mengelilingi kedutaan.
Kendati demikian, Iran yang kini masih berada di bawah tekanan ekonomi karena sanksi AS membantah bertanggung jawab atas insiden ini.
"Amerika memiliki keberanian mengejutkan yang menghubungkan Iran dengan protes rakyat Irak terhadap (Washington) atas pembunuhan paling tidak manusiawi terhadap 25 warga Irak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi.
Insiden kedutaan itu terjadi tujuh tahun setelah serangan 2012 oleh gerilyawan bersenjata di markas diplomatik AS di Benghazi, Libya. Insiden ini mengakibatkan kematian duta besar AS dan tiga orang Amerika lainnya hingga menyebabkan berbagai penyelidikan kongres.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: