Analis dan Pengamat Pasar Modal, Satrio Utomo menilai PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dengan sengaja melakukan pembelian saham BUMN lapis kedua agar portofolio mereka akan terlihat bagus oleh auditor. Namun, saham tersebut justru merupakan saham BUMN 'gorengan' yang belakang merugikan perusahaan.
Menurut dia, di era tahun 2000-an BUMN merupakan tulang punggung pasar modal di Indonesia. Sehingga, pihak manapun yang memiliki saham perusahaan pelat merah akan terlihat bagus portofolionya.
Namun, sayangnya, tidak semua saham BUMN merupakan merupakan investasi yang aman dan menguntungkan.
Baca Juga: Gerah, Akhirnya BEI Buka Suara Soal Saham Gorengan yang Menghantam Jiwasraya
Baca Juga: Jangan Sampai Jiwasraya Kayak Century! Ingat Rakyat Muak: Habis Pilpres, Terbitlah Megakorupsi
"Membeli saham BUMN hanya supaya kelihatan investasinya bagus bagi auditor, tapi yang justru lebih banyak di BUMN lapis kedua atau saham BUMN 'gorengan' yang belum tentu bagus, dan belakangan terbukti tidak bagus," katanya kepada wartawan, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, kebijakan yang dilakukan manajemen Jiwasraya kala itu dengan membeli Saham BUMN 'gorengan' bertujuan untuk sekadar akal-akalan kepada auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Ia pun menilai para auditor BPK tidak secara detail mengetahui kinerja saham, dan hanya sekadar tahu Jiwasraya memiliki saham BUMN.
"Jiwasraya investasi justru di BUMN yang menengah kecil, peminat tidak terlalu banyak dan cenderung lemah. Tidak tepat kalau investasi dalam jumlah besar di sana," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil