Rusia-Suriah Langgar Gencatan Senjata, 27 Ribu Warga Idlib Tergusur
Sebanyak 27 ribu warga sipil Idlib telah meninggalkan rumah mereka yang berada di zona deeskalasi Idlib di Suriah dalam tiga hari terakhir. Mereka mencari tempat pengungsian karena serangan rezim Suriah di bawah Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia, dan kelompok milisi yang didukung Iran.
Dilansir Anadolu Agency, Senin (20/1/2020), serangan tersebut berimbas pada daerah perumahan di timur dan selatan Provinsi Aleppo. Akibatnya, ribuan warga sipil Suriah tergusur sehingga mengungsi menuju daerah dekat perbatasan Turki.
Baca Juga: Konflik Suriah Berkepanjangan dan Makan Korban 380 Ribu Jiwa, ACT Dorong Masyarakat Turun Tangan
Direktur Kelompok Koordinasi Respons Suriah Muhammad Hallaj mengungkapkan, serangan itu melangggar perjanjian gencatan senjata antara Turki dan Rusia.
Dia menjelaskan, warga sipil meninggalkan rumah mereka di distrik Darat Izzah dan beberapa kota, termasuk Khan Tuman, Khan al-Asal, Kafr Naya, dan al-Qasimia.
Karena jumlah pengungsi kian meningkat, tenda-tenda di Idlib tak sanggup memenuhi kebutuhan warga Suriah.
Area tenda pengungsian sudah tidak cukup untuk tempat berdirinya tenda. Sementara, ribuan keluarga saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Namun, lebih dari 1.300 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia di zona deeskalasi sejak gencatan senjata terus dilanggar.
Baca Juga: Serangan Udara Pasukan Suriah-Rusia Tewaskan Belasan Warga Sipil, Tak Hiraukan Gencatan Senjata?
Turki mengumumkan pada 10 Januari bahwa gencatan senjata baru di Idlib diguncang oleh kekerasan, meskipun tindakan agresi sudah secara resmi dilarang.
Lebih dari satu juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki karena serangan hebat selama setahun terakhir.
Sejak meletusnya perang saudara berdarah di Suriah pada 2011, Turki menampung sekitar 3,7 juta warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto