Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Bahas Kampanye Pilpres, Sandi Gak Move On Ya? Prabowonya Sudah Jadi Pembantu Jokowi

Masih Bahas Kampanye Pilpres, Sandi Gak Move On Ya? Prabowonya Sudah Jadi Pembantu Jokowi Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan mantan Ketua Umum HIPMI Sandiaga Uno (kiri) sebelum menghadiri acara pelantikan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) periode 2019-2022 di Jakarta, Rabu (15/1/2020). Pelantikan BPP HIPMI periode 2019-2022 mengusung tema peningkatan kualitas SDM pengusaha muda indonesia dalam menyambut era bonus demografi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politikus Gerindra Sandiaga Uno menyarankan agar Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak membangun narasi lain di luar narasi inti yang ingin dicapai oleh Pemerintah.

Dalam acara diskusi dan peluncuran buku #KamiOposisi di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan Jakarta, Selasa, Sandiaga menjelaskan bahwa narasi inti yang dicapai pemerintah sebenarnya hanya ada lima, yaitu pembangunan sumber daya manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, pembangunan pariwisata, pemangkasan regulasi, dan penyederhanaan birokrasi.

Baca Juga: Gantiin Sandi Dampingi Anies, Riza Patria: Saya Gak Ada Ambisi, Tapi Prabowo Ngasih Ya Gak Nolak!

"Membangun narasi 'sakit perut karena janji-janji Presiden' itu pasti tidak akan saya lakukan," kata Sandiaga.

Menurut dia, narasi-narasi yang dibangun di luar dari narasi inti yang ingin dicapai pemerintah hanya akan menambah kekisruhan yang baru.

Posisi Sri Mulyani yang diibaratkan Sandiaga sebagai chief financial officer (CFO) jika dalam struktur perusahaan, seharusnya hanya boleh mengiyakan narasi-narasi inti yang ingin dicapai oleh Pemerintah.

Apabila memang keuangan negara terbatas, kata Sandiaga, cara mengatasinya hanya perlu dibuat skala prioritas saja, atau tidak perlu membuat narasi yang baru di luar itu. Misalnya, dalam mewujudkan keinginan pemerintah merealisasikan Kartu Prakerja, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) kala itu menjanjikan kartu prakerja Rp 10 triliun.

"Ini saya tanya 'Pak, ini gimana caranya?' Kemudian Pak Presiden bilang 'Udah dipikirin nanti saja'," kata Sri Mulyani menirukan jawaban Jokowi dari pertanyaannya saat itu di Jakarta, Kamis (31/1).

Sandiaga merespons kebijakan Kartu Prakerja sebetulnya mirip-mirip dengan apa yang pernah dia janjikan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sewaktu kampanye Pemilihan Umum Presiden 2019.

"Yaitu (caranya) tidak dibagikan uang lagi seperti dahulu, tetapi diberi pelatihan. Diberi kemampuan," kata Sandiaga.

???????Namun, apabila pertumbuhan keuangan negara lesu sehingga meragukan untuk mencapai itu, Sandiaga menyarankan agar Sri Mulyani menurunkan tagihan pajak kepada warga negara Indonesia yang omzetnya turun sehingga dapat meningkatkan lagi perekonomian rakyat.

"Jadi, jangan dipatok setinggi-tingginya, mereka melakukan apa yang disebut dengan berburu di kebun binatang (hunting in the zoo). Jadi, untuk wajib pajak tertentu, ya, dibidik, ditarget. Akhirnya, ekonominya makin memiliki ketidakpastian," kata Sandiaga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: