Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Drama Olok-olok Wali Kota Surabaya Berujung Bui

Drama Olok-olok Wali Kota Surabaya Berujung Bui Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono

Pantaskah Risma Terhina?

Kepada polisi Zikria mengakui, ia menulis status tersebut karena terpancing dengan berbagai unggahan status di Facebook soal banjir DKI. Terutama posting-an yang mengkritisi Gubernur DKI Anies Baswedan.

"Sebenarnya saya tidak ingin menghina Bunda Risma. Waktu itu saya terpicu penghinaan satu sama lain di media sosial. Sehingga saya tergerak untuk ikut-ikutan membuat unggahan di Facebook," ujarnya.

Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Polisi Sandi Nugroho mengatakan, ZKR ditetapkan tersangka setelah penyidik menemukan dua alat bukti cukup.

Risma mengungkapkan sebetulnya banyak akun di media sosial yang kerap menyerangnya secara pribadi dengan kalimat mengolok-olok. Namun, baru akun Facebook Zikria Dzatil yang dilaporkannya karena sudah sangat keterlaluan.

"Ada beberapa akun saya bersih-bersih jalan, saya bersih-bersih gedung, dibilang saya TKW. Saya menyampaikan, apa yang salah dengan TKW. Saya enggak ada yang tahu nasib seseorang. Saat ini mungkin di atas saya sebagai Wali Kota Surabaya, besok jadi apa, enggak ada yang tahu," kata Risma di rumah dinasnya di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (5/2/2020).

"Saya dibilang muka saya jelek, enggak layak di DKI Jakarta. Saya jadi Wali Kota Surabaya pun enggak minta, karena bagi saya pantang jabatan untuk diminta. Saya enggak pernah juga ngomong saya mau, enggak pernah. Sejelek apa pun saya, saya ciptaannya Allah," ujarnya.

Kesabaran Risma jebol setelah akun FB Zikria Dzatil mengunggah fotonya seperti melakukan bersih-bersih sungai disertai kalimat yang menurut Risma merendahkan dirinya, juga orangtuanya.

Praktisi hukum di Surabaya, Sudarto menilai konten yang diunggah tersangka melalui akun Facebook Zikria Dzatil lebih tepat disebut-sebut mengolok-olok semata atau dalam bahasa kekinian dikenal dengan istilah bullying.

 

Menurut dia, seharusnya hal itu tidak usah dihiraukan. Sebab, yang seperti ini banyak. Hal itu juga dialami oleh pejabat dan figur publik lainnya, seperti Gubernur DKI Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sepanjang itu tidak mengarah kepada fitnah, Sudarto berpendapat, seeloknya Risma tidak menarik olok-olokan tersebut ke ranah hukum.

Sudarto juga mengkritik Risma karena menjadikan Kepala Bagian Hukum Pemerintah Kota Surabaya sebagai kuasa hukumnya dalam melaporkan kasus tersebut. Menurut dosen di salah satu perguruan tinggi di Surabaya itu, langkah tersebut kurang elok karena seakan menyeret institusi pemerintahan ke dalam masalah olok-olokan yang sebetulnya menyerang personal.

"Seharusnya Risma memberikan pelajaran saja," ujarnya.

Politikus Partai Demokrat, Andi Arief juga meminta Risma tak reaktif. Melalui akun Twitter-nya, Andi meminta Risma belajar dari sisi positif mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Di tengah kritik keras padanya atas berbagai kebijakan dan kecaman atas seringnya kata-kata kasar keluar dari mulutnya, namun Ahok tidak pernah memenjarakan pengkritik dan penghinanya," demikian cuitan Andi.

Menurut Andi Arief, dihina dan di-bully di media sosial itu tak berarti menjadikan Risma hina. Kata dia, lebih baik dimaafkan yang mem-bully di media sosial ketimbang membawa ke ranah hukum.

"Bu Risma, dihina dan di-bully itu tidak berarti sejak itu menjadi hina. Maafkan saja, percaya diri bahwa tulisan dan kata-kata hinaan itu tidak mengurangi kemuliaan ibu. Tidak mungkin ibu akan dinilai hebat karena menjabat wali kota mau memenjarakan rakyat biasa," lanjut Andi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Aliev
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: