Stroke Pembunuh Nomor 2 Dunia, Begini Cara Tangani Penderitanya
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, stroke menempati peringkat kedua penyumbang kematian terbanyak, mencapai 6,7 juta pada 2012. Pada 2018 prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%.
Pada 2018 prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%. Sebanyak 69% stroke terjadi di negara dengan pendapatan rendah, menangah, dan negara dunia ketiga.
dr Rezy Sesareza dari Rumah Sakit Siloam Bekasi Timur mengatakan, Indonesia termasuk salah satu negara dengan peluang penyakit stroke terbanyak. Dia membandingkan negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, seperti Amerika dan China. Di Amerika, kasus stroke mencapai 795.000 per tahun, dengan prevelence 2,8%. Sementara di China prevelence mencapai 1,6% di pedesaan dan -9,3% di perkotaan.
Baca Juga: Diprediksi, WHO: Butuh 18 Bulan Ciptakan Vaksin Corona Baru
"Di Indonesia prevelence-nya kira-kira sama dengan negara tersebut (Amerika dan China)," ungkap Rezy dalam media gathering dan sosialisasi penyakit stroke di Rumah Sakit Siloam Bekasi Timur, Kamis (13/2/2020).
Sementara jika melihat data klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, stroke menempati klaim terbanyak kedua dengan nilai mencapai Rp2,2 triliun di 2018. Artinya, banyak masyarakat Indonesia yang penyakit ini.
Rezy menambahkan, beberapa penyebab stroke, antara lain darah tinggi, diabetes, merokok, obesitas, penyakit jantung, konsumsi alkohol, kolesterol tinggi, bahkan stres juga bisa memicu stroke. Risiko stroke paling tinggi dialami oleh orang dengan usia di atas 65 tahun, akibat kebiasaan seseorang di waktu muda, yang efeknya baru dirasakan ketika usia tua.
"Tapi stroke juga bisa menyerang usia muda, ada pasien kami yang usianya baru 32 tahun kena stroke," ungkap Rezy.
Untuk dapat terhindar dari penyakit stroke, menurut Rezy, seseorang harus berhenti merokok, diet sehat, mengontrol kolesterol, meningkatkan aktivitas fisik, mengontrol tekanan darah, menghindari alkohol, mengontrol gula darah, dan mengonsumsi obat-obatan yang sesuai untuk mengontrol penyakit yang menjadi faktor risiko.
Rezy juga menjelaskan, stroke adalah penyakit yang datang tiba-tiba. Gejalanya ditandai dengan pusing yang luar biasa, kemudian seseorang mengalami mulut mencong, tubuh sebelah sulit digerakkan, dan susah ngomong.
"Ketika seseorang mengalami pusing yang luar, bahkan seseorang bisa pingsan. Dan mengalami tiga tanda-tanda tersebut, dipastikan seseorang terkena stroke," ungkap Rezy.
Baca Juga: Balas Tuduhan Harvard, Terawan Naik Darah: Itu Namanya Menghina!
Langkah yang harus diambil selanjutnya adalah harus segera membawa ke rumah sakit. Lebih cepat lebih baik. Menurut Rezy, setelah mengalami gejala tersebut, seseorang harus segera mendapatkan penanganan medis 1 jam setelahnya. Setelah itu dalam waktu 3 jam, maksimal 4,5 jam harus mendapatkan obat.
Jika prosedur penanganan tersebut dijalani, maka seseorang memiliki kemungkinan besar akan sembuh tanpa bekas, seperti orang tidak pernah terkena stroke. Tapi jika penanganan terlambat, fase pemulihan juga akan lebih lama, bahkan meninggalkan bekas, seperti lumpuh.
"Semakin cepat ditangani, hasilnya semakin baik, biaya juga semakin sedikit," jelas Rezy.
Rezy menyayangkan masih banyak masyarakat yang belum sadar, bahkan banyak yang tidak percaya seseorang terkena stroke. Akibatnya, terlambat mendapatkan penanganan, sehingga penyembuhan sulit dilakukan.
Untuk menyadarkan dan mengenalkan masyarakat dengan penyakit stroke, Rumah Sakit Siloam telah memiliki kegiatan sosialisasi yang rutin dilakukan. Selain itu, juga aktif dalam peringatan World Stroke Day sebagai kampanye melawan stroke.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: