Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tarik Pasukannya dari Afghanistan, AS: Kesepakatan Itu Rapuh

Tarik Pasukannya dari Afghanistan, AS: Kesepakatan Itu Rapuh Kredit Foto: Foto/Ilustrasi/Sindonews/Ian
Warta Ekonomi, Kabul -

Amerika Serikat (AS) telah mulai menarik pasukannya dari Afghanistan sebagai bagian dari kesepakatan dengan Taliban yang bertujuan membawa perdamaian ke negara itu.

Menarik kembali pasukan adalah syarat dari perjanjian damai bersejarah yang ditandatangani oleh AS dan Taliban pada 29 Februari 2020. Dalam perjanjian itu, AS telah setuju untuk mengurangi pasukannya di Afghanistan dari sekira 12.000 menjadi 8.600 dalam 135 hari sejak penandatanganan.

Baca Juga: Pasukan Amerika Minggat dari Afghanistan, Trump: Mungkin Taliban Bakal Serbu Negara Itu

Pemerintah Afghanistan tidak ambil bagian dalam kesepakatan itu, tetapi diperkirakan akan mengadakan pembicaraan dengan Taliban.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani awalnya mengatakan dia tidak akan mematuhi perjanjian untuk membebaskan tahanan Taliban sebagai prasyarat untuk pembicaraan langsung dengan kelompok militan.

Tetapi laporan mengatakan presiden, yang dilantik untuk masa jabatan kedua pada Senin, 9 Maret 2020 itu akan mengeluarkan keputusan untuk membebaskan sedikitnya 1.000 tahanan Taliban pekan ini.

Kesepakatan damai itu nampak rapuh pekan lalu setelah AS melancarkan serangan udara sebagai respons atas serangan terhadap pasukan Afghanistan di provinsi Helmand.

Setelah Taliban menyerukan de-eskalasi dan pada Senin, Juru Bicara Pasukan AS di Afghanistan, Kolonel Sonny Leggett, mengumumkan fase pertama penarikan Amerika.

“AS mempertahankan 'semua sarana dan wewenang militer untuk mencapai tujuan kami di Afghanistan' terlepas dari penarikan pasukan,” kata Kolonel Leggett dalam sebuah pernyataan yang dilansir BBC, Selasa (10/3/2020).

AS dan sekutu-sekutu NATO-nya telah sepakat untuk menarik semua pasukan dalam waktu 14 bulan jika para militan menegakkan kesepakatan.

Di bawah perjanjian itu, para militan telah sepakat untuk menahan diri dari serangan dan juga tidak membiarkan Al Qaeda atau kelompok ekstremis lainnya beroperasi di wilayah yang mereka kuasai.

AS menginvasi Afghanistan beberapa pekan setelah serangan September 2001 di New York yang didalangi Al Qaeda, yang saat itu berpusat di Afghanistan. Taliban digulingkan dari kekuasaan tetapi menjadi kekuatan pemberontak, yang pada 2018, aktif di lebih dari dua pertiga negara.

Lebih dari 2.400 tentara AS terbunuh selama konflik di negara Asia Selatan itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: