Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Turunkan Harga Gas Industri, PGN Bakal Babak Belur

Jokowi Turunkan Harga Gas Industri, PGN Bakal Babak Belur Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melakukan pengecekan rutin mencegah kebocoran dengan menggunakan alat Lasermethane di Area Regulating Metering Offtake Sutami Tanjung Bintang, Lampung Selatan, Lampung, Selasa (20/112018). Area Metering Offtake Sutami merupakan stasiun penyalur pasokan gas dari Stasiun Transmisi Sumatera-Jawa Labuhan Maringgai untuk di salurkan pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tarahan dan Sutami Lampung Selatan serta pelanggan Gas rumah tangga dan Industri di Bandar Lampung. | Kredit Foto: Antara/Ardiansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Menteri ESDM Arifin Tasrif pada Rabu (18/3), memutuskan untuk menurunkan harga gas bumi untuk industri menjadi USDD 6 per MMbtu mulai tanggal 1 April 2020. 

Terkait itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai keputusan tersebut akan berdampak pada semua sektor. Termauk, Sektor midstream menjadi yang paling terpukul, seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai pelaku industri midstream.  

"Untuk midstream ini saya kira yang akan paling berdampak. Jika Pemerintah menekan biaya distribusi dan transportasi turun menjadi 1,5-2 dolar AS per MMbtu akan sangat memberatkan industri midstream ini," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (19/3/2020).

Baca Juga: PGN Bakal Gasifikasi di 52 Pembangkit Listrik PLN

Baca Juga: K3S Bisa Untung Besar, Kok PGN Dipaksa Merugi?

Lanjutnya, ia mengatakan kebijakan ini berpotensi menggerus PGN sebagai BUMN. Menurutnya, hal ini dapat terjadi mengingat sebagai Badan Usana yang berniaga menggunakan infrastruktur, 95 persen biaya yang dikeluarkan PGN bersifat fixed cost. 

"Pembangunan pipa transmisi, distribusi, dan pembangunan terminal regasifikasi untuk LNG semua sudah dilakukan dengan investasi yang tidak sedikit, jadi penurunan biaya capex sudah tidak mungkin dilakukan. Biaya operasi dan pemeliharaan jaringan juga tidak bisa dipangkas begitu saja karena terkait kehandalan jaringan pipa dan aspek safety" lanjutnya.

Lebih lanjut, ia juga mengkhawatirkan nasib perngembangan industri midstream ke depan karena dianggap tidak menguntungkan lagi.  

"Padahal untuk mendukung optimalisasi pemanfaatan gas bumi domestik, kita masih butuh banyak sekali investasi di infrastruktur gas bumi. Saya masih belum melihat secara detail dari rencana Menteri ESDM untuk sektor midstream ini ke depannya akan seperti apa," ujarnya. 

Selain itu, menurut dia, perlu ada rencana dari pemerintah untuk bisa melindungi industri midstream ini. "Industri gas itu butuh infrastruktur dari wellhead sampai ke end user. Atau dari terminal LNG sampai ke end user. Jadi, jangan sampai sektor midstream menjadi terpukul akibat penurunan harga ini, dan pada akhirnya akan menghambat perkembangan industri gas bumi nasional," ujar Mamit. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: