World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa persentase jumlah kasus positif corona menurun dari yang rata-rata kenaikan sebelumnya sebesar 12,11% menjadi hanya 5,89%. Dengan kenaikan lebih dari 5% itu, jumlah kasus positif corona di seluruh dunia menjadi 1.610.909 jiwa terhitung sampai dengan 11 April 2020.
Data tersebut sedikit banyak memberi optimisme bagi pelaku pasar, khususnya dalam mengambil keputusan investasi. Alhasil, aset investasi berbasis mata uang pun menjadi kian berotot pada awal pekan ini, Senin (13/04/2020).
Baca Juga: 5 Jurus BI Stabilkan Nilai Tukar Rupiah di Tengah Pandemi
Nilai tukar dolar AS terpantau menguat di hampir semua mata uang, seperti dolar Australia, euro, dolar New Zealand, franc, yuan, dolar Hong Kong, won, dolar Singapura, dolar Taiwan, dan baht. Meski begitu, dolar AS kalah kuat dengan dua mata uang Asia, yakni yen dan rupiah.
Benar saja, sejak pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah sudah jauh lebih berotot daripada dolar AS dengan apresiasi sebesar 0,32% ke level Rp15.750. Kendati menipis, hingga pukul 09.50 WIB, rupiah masih menguat 0,13% ke level Rp15.800 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Bangor, Dolar AS Terancam!
Nilai tukar rupiah juga terpantau unggul di hadapan sebagian besar mata uang global, seperti dolar Australia (0,21%) dan euro (0,09%). Mayoritas mata uang Asia juga terkoreksi di hadapan rupiah, misalnya won (0,69%), ringgit (0,49%), baht (0,45%), dolar Singapura (0,36%), dolar Taiwan (0,25%), dan yuan (0,18%). Sementara itu, rupiah melemah terhadap yen (-0,22%) dan poundsterling (-0,05%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih