Kredit Foto: Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengajak seluruh insan pendidikan vokasi pertanian untuk beradaptasi dalam menghadapi Covid-19.
"Covid dan vokasi adalah bagian dari cerita baru dunia, di mana Covid mengubah ke arah yang lebih digital, kita mengurangi pertemuan fisik menjadi komitmen melalui digital," ungkap Mentan.
Baca Juga: Soal Agritech, Mentan: Anak Muda Mesti Terbiasa dengan Teknologi Bidang Pangan
Dalam arahannya pada Indonesian Agriculture Forum 2020 yang diselenggarakan melalui video conference tanggal 30 April 2020 dari ruang Agriculture War Room (AWR) Kementerian Pertanian, Mentan berpesan, milenial vokasi pertanian Indonesia ke depannya harus memiliki setidaknya empat hal dalam dirinya.
Empat hal itu adalah memiliki karakter yang tidak mudah menyerah, memiliki kompetensi yang memadai dan mampu berkolaborasi dengan orang lain, kritis terhadap dirinya dan lingkungannya, dan yang terakhir adalah memiliki literasi yang mencukupi dalam bidang pertanian.
Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan Indonesia dalam menghadapi tantangan pertanian yang makin kompleks. Setidaknya untuk saat ini, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara lain.
"Pertanian Indonesia adalah pertanian tropis yang komoditasnya tidak dimiliki negara lain," ungkap Mentan. Hal ini merupakan peluang bagi milenial Indonesia untuk menjadikan Indonesia berjaya di masa yang akan datang dengan terus mengasah diri dan membekali dengan empat hal tersebut.
Senada dengan arahan Mentan SYL, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, menyampaikan bahwa pendidikan vokasi pertanian ditujukan untuk membangun milenial pertanian Indonesia yang berkualitas, yang mampu menghasilkan job creator dan job seeker. Namun demikian, Kementerian Pertanian tidak dapat melakukan semua hal tersebut sendiri.
Melalui Pendidikan Vokasi di Kementerian Pertanian, baik Politeknik maupun SMK PP, regenerasi petani terus dilakukan. "Sinergi antar-instansi terkait diperlukan untuk menghasilkan makin banyak petani milenial," terang Dedi.
Kolaborasi yang perlu diperkuat adalah antara industri, akademisi, dan pemerintah. Dalam hal ini Kemendikbud, Bappenas, IPB, dan KADIN yang turut hadir dalam forum virtual tersebut sepakat menyampaikan perhatian yang sama dalam menghasilkan enabling environment untuk menghasilkan makin banyak petani muda atau pengusaha pertanian milenial.
Ada satu hal yang cukup menarik diperlihatkan oleh KADIN pada pemaparannya, khususnya saat membahas Kompartemen Hortikultura. Mereka saat ini sedang mengembangkan close loop atau rantai pasok terkendali (secured supply chain) yang nantinya akan mengamankan para stakeholder khususnya petani untuk tetap memperoleh harga yang pantas. Dalam close loop tersebut, KADIN berkolaborasi dengan perusahaan dan instansi terkait lainnya dalam mengelola pasokan produk-produk hortikultura mulai dari hulu sampai hilir.
"Kami siap berkolaborasi dengan Politeknik Kementan dan instansi lainnya dalam mengembangkan model close loop ini," ungkap Karen Tambayong, Ketua Kompartemen Hortikultura KADIN.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: