Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Balik Pertamina Tak Kunjung Turunkan Harga BBM

Di Balik Pertamina Tak Kunjung Turunkan Harga BBM Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar

Di sisi lain Mamit mengingatkan bahwa Pertamina sebenarnya sudah menurunkan harga BBM nonpenugasan pada Februari lalu. Hulu migas khususnya Pertamina memiliki biaya-biaya yang dibebankan oleh pemerintah. Dalam kondisi penanganan Covid-19 saat ini, Pertamina sudah memberikan banyak bantuan (Rp530 miliar) sehingga tidak serta merta harga minyak dunia turun, harga BBM Pertamina harus turun.

"Jadi, melihat bisnis Pertamina memang harus secara holistik, menyeluruh. Karena tidak hanya bermain di hilir tetapi juga di hulu, yang saat ini mengeluarkan banyak biaya. Ini berbeda dengan swasta," kata Mamit.

 

Tak kalah penting, perlu juga disiapkan insentif oleh pemerintah untuk K3S di masing-masing lapangan di tengah anjloknya harga minyak agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Jangan sampai, terjadi penghentian produksi karena dampaknya terbilang besar apalagi mayoritas sumur minyak sudah tua di mana memerlukan biaya besar jika diaktifkan lagi. Opsi lain, pemerintah merelakan untuk mengurangi jatah bagi hasil dari penerimaan pajak negara bukan pajak dari K3S. Sehingga akan meringankan beban bisnis K3S. 

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengingatkan, sikap pemerintah yang belum menurunkan harga BBM sudah tepat. Pasalnya, meski mengalami penurunan, harga minyak dunia sebenarnya masih fluktuatif. Sekitar 2-3 bulan mendatang saat pandemi corona sudah mereda, diperkirakan harga akan kembali normal.

Dengan normalnya kondisi, lanjut Komaidi, otomatis sejumlah negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China, sudah melakukan ancang-ancang untuk perbaikan proses produksi. Begitu pula dengan negara-negara G-7, terutama di Eropa, yang saat ini masih gigih menangani Covid-19.

Bahkan saat ini China sudah memulai pengadaan minyak dan gas, bahkan batu bara. Proses itu dimulai karena industri manufaktur mereka mulai berjalan. Dengan peningkatan produksi manufaktur barang dan jasa itulah, imbuhnya, otomatis permintaan minyak akan meningkat. Stok saat ini mulai bisa terserap sehingga harga berangsur normal.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: