Lagi dan lagi, kisah petani sukses yang menggantungkan hidupnya dari kelapa sawit semakin banyak bermunculan. Namanya Suhar, petani sawit asal Jambi yang telah mengenal perkebunan kelapa sawit sejak remaja itu, bersyukur atas rezeki yang diperoleh keluarganya dengan membudidayakan sawit.
Jika mengingat kehidupan sebelumnya di Pulau Jawa yang serba kekurangan, kehidupan keluarganya sebagai petani plasma kelapa sawit telah mengubah perjalanan hidupnya menjadi lebih baik.
Sebagai anak muda yang saat itu ikut terjun langsung mengelola perkebunan kelapa sawit milik orangtuanya, Suhar merasakan betul jatuh bangun harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang seringkali justru menjadi pelajaran berharga untuknya.
Baca Juga: Harga TBS Riau: Angin Segar di Penghujung Mei 2020
Seingatnya, harga jual TBS pernah melambung di 1998 sehingga pendapatan dari hasil panen berlipat ganda. Berbeda dengan petani lain yang terlena akan harga TBS yang tinggi dan menjadi konsumtif, Suhar bersama kedua orangtuanya lebih memilih untuk menabung hasil pendapatan yang berlebih tersebut.
Hingga akhirnya, harga TBS turun drastis pada 2000-an dan uang tabungan keluarga Suhar digunakan untuk membeli kebun sawit yang tidak terlalu jauh letaknya dari tempat tinggal mereka. Dengan cara itulah, keluarga Suhar memiliki kebun sawit di luar lahan plasma hingga mencapai 10 hektare.
Dari hasil pengelolaan aset kebun sawit milik keluarganya tersebut, Suhar dapat pula mendukung pendidikan kedua adiknya hingga menyelesaikan jenjang perguruan tinggi. Kini kedua adiknya telah berkeluarga dan memiliki pekerjaan tetap sehingga memilih menetap di Kota Jambi dengan penghasilan yang lumayan setiap bulannya.
Sedangkan Suhar dan keluarganya, lebih memilih tinggal dekat dengan kedua orangtuanya untuk selalu membantu mengelola kebun sawit yang telah mereka miliki. Hasil berkebun kelapa sawit setiap bulannya begitu cukup memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga besarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti