Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Masih Banyak Orang Australia Anggap Bali Sebuah Negara

Ketika Masih Banyak Orang Australia Anggap Bali Sebuah Negara Subak, Bali. | Kredit Foto: Twitter/GS_IDN

Memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia

Setelah merdeka, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan lebih dari 600 suku dan 700 bahasa daerah yang menyumbang 10 persen dari jumlah bahasa di dunia.

Alfira O"Sulivan, penari Australia telah memperkenalkan keberagaman budaya di Indonesia kepada murid-murid sekolah di Australia. Mereka juga seringkali bertanya apa yang dimakan orang Indonesia, terbuat dari apa rumah mereka, dan berapa banyak tarian yang dimiliki.

"Anak-anak di sekolah seringkali tertarik dengan banyaknya tarian, lagu, dan pakaian yang mereka lihat," kata Alfira yang juga pendiri sanggar tari "Suara Dance".

Alfira yang pindah dari Sydney dan kini tinggal di pedalaman New South Wales mengatakan sebuah kebahagian bagi dirinya untuk memperkenalkan tarian Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Tengah kepada mereka yang belum pernah melihatnya.

"Kita menyampaikan pesan bahwa Indonesia bisa memiliki arti berbeda bagi orang-orang Indonesia."

Ia berpendapat dengan memperkenalkan keberagaman budaya di Indonesia sejak dini bisa menghindari persepsi soal Indonesia dan membuka mereka lebih terbuka. Ada banyak kota-kota di Indonesia yang bisa dikunjungi oleh warga Indonesia, termasuk Aceh.

Dari pengalaman Alfira yang pernah tinggal di Sydney dan Jakarta, keadaaan di kota-kota besar malah kadang "tidak seaman" di Aceh.

"Saya sudah membawa keluarga dan teman-teman Australia keliling Aceh dan mereka mengatakan belum tentu akan kembali kalau sudah liat Aceh."

"Saya rasa Aceh bisa membuka mata warga Australia dan menawarkan pengalaman kuliner bagi turis yang biasanya memilih Bali," ujarnya yang memiliki darah Aceh.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: