Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPPSDMP dan Polbangtan Malang Kembangkan Sistem Pertanian Terpadu

BPPSDMP dan Polbangtan Malang Kembangkan Sistem Pertanian Terpadu Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada setiap kesempatan menyampaikan bahwa Program Utama Kementerian Pertanian adalah peningkatan ketersediaan pangan di era new normal.

Peningkatan tersebut berupa peningkatan kapasitas produksi pangan berupa padi, gula, daging sapi dan bawang putih; diversifikasi pangan lokal berbasis kearifan lokal; penguatan cadangan beras pemerintah dan pangan lainnya; sistem logistik pangan; dan pengembangan pertanian modern melalui smart farming, screen house, food estate, serta pengembangan korporasi petani.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas YESS, IFAD Bersama BPPSDMP Gelar Supervisi

Seperti diketahui, kondisi alam Indonesia sangat subur karena Indonesia masuk dalam kelompok negara tropis yang dikaruniai keanekaragaman hayati yang tinggi serta energi matahari dan curah hujan yang berlimpah sepanjang tahun. Kondisi ini memungkinkan pertanian di Indonesia untuk tetap berproduksi sepanjang tahun dengan komoditas yang beragam serta menggunakan masukan energi yang lebih rendah (less energy input).

Kepala Badan PPSDMP, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara tropis setiap saat bisa tanam, setahun 12 bulan dapat ditanami; cahaya matahari berlimpah. Dia menegaskan bahwa wajib melakukan tanam di Indonesia.

"Wajib hukumnya untuk lakukan tanam. jangan biarkan sejengkal lahan pun untuk tidak ditanam. Utamanya, komoditas pangan lokal harus mandiri pangan. Kita harus tetap dukung petani untuk tetap semangat menjadi pahlawan pangan dengan kontribusi menghadirkan negara yang kuat dan mempersiapkan makan rakyat," jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (21/7/2020).

Pada kesempatan terpisah, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyampaikan, dalam kondisi pandemi Covid-19, civitas akademika tidak berhenti berkreasi demi menciptakan berbagai inovasi terkait produktivitas pangan. Salah satunya adalah menciptakan model kerja penyuluhan pertanian berupa Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System).

Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System) adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaurulang, menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Satu praktik budi daya aneka tanaman/aneka kultur yang beragam di mana micro output dari satu budi daya menjadi input kultur lainnya sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada akhirnya membuka jalan untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Di sini peran penyuluh pertanian yaitu transfer ilmu, sharing ilmu, sharing informasi, sharing pengalaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas," papar Idha.

Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan konkret untuk transfer ilmu, sharing ilmu, informasi, bahkan pengalaman yang dapat menambah atau mengubah Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap (PKS) petani. Pertanian terintegrasi ini adalah keseluruhan manajemen pertanian yang bertujuan untuk pertanian yang berkelanjutan yang mengintegrasikan produksi hewan ternak dan tanaman. Keunggulan yang diperoleh yaitu petani dapat memiliki berbagai sumber penghasilan.

Melalui sistem ini, petani dapat memperoleh sumber penghasilan dari menanam tanaman pangan, hortikultur, dan beternak kambing/sapi. Kotoran dari hewan ternak tersebut dapat digunakan untuk pupuk tanaman yang ditanam sehingga menghasilkan sistem zero waste.

Kemudian, hasil ternak dapat dikonsumsi atau dijual sehingga memperoleh penghasilan tambahan. Dengan menggunakan model ini, diharapkan produktivitas pangan secara continue selalu berproduksi, dibantu penyuluh pertanian yang berperan sebagai mantri tani bagi para petani. Adapun beberapa Dosen dari Politeknik Pembangunan Pertanian Malang turut berperan dalam penelitian ini. Mereka adalah Andi Warnaen, Nurlaili, dan Yastuti.

(VTR - Pusdiktan)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: