Murni menjelaskan seiring perjalanan waktu, tepat satu dekade pada tahun 2017, Sekolah Juara telah memiliki 19 unit layanan di seluruh Indonesia, meliputi 1 TK Juara, 15 SD Juara, 2 SMP, dan 1 SMK Juara. Jumlah 19 unit tersebut tersebar di 10 provinsi dan 17 kabupaten/kota, yaitu di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Papua.
"Dari 19 lokasi Sekolah Juara tidak ada yang zona hijau sehingga masih mewajibkan para siswa mengikuti pembelajaran online," tambahnya.
Dia menyebutkan aplikasi ini sudah diterapkan sejak Semester II 2020. Pihaknya juga sudah melatih guru di seluruh Indonesia unruk membuat aplikasi yang sama.
Selain itu, setiap dua minggu sekali dilakukan home visit yaitu para guru atau wali kelas mengunjungi langamsung rumah siswa dengan tetap menerapkan standar protokol kesehatan Covid-19.
"Sejauh ini belajara online masih efektif terutama saat menghadapi pandemi seperti ini. Tapi masih dilakukan home visit oleh guru setiap dua minggu sekali agar tetap terjalin hubungan yang erat antara siswa dengan guru," ujarnya.
Murni mengaku meski pembelajaran daring ini dinilai efektif saat pandemi namun kurang sepakat jika sistem ini dilakukan secara permanen. Pasalnya, dilihat dari sisi ilmu pengetahuan bisa mencari di Google tapi penanaman Al-Quran maupun akhlak dibutuhkan pendekatan langsung dan harus ada pembiasaan dari siswa.
"Maka pembelajaran jarak jauh ini belum saatnya dipermanenkan karena posisi guru masih belum tergantikan. Contohnya, untuk menanamkan pemahaman Al-Quran dan akhlak kepada para siswa," ungkapnya.
"Saat ini pun ketika pemerintah menerapkan new normal bagi sebagian orang tua siswa yang bekerja sudah kurang mendampingi anaknya belajar online," tambahnya.
Sementara itu, semakin pesatnya pertumbuhan Sekolah Juara di berbagai daerah, menyebabkan meningkatnya permintaan berbagai kalangan orang tua siswa untuk bisa menyekolahkan anaknya di Sekolah Juara.
Di sisi lain, Rumah Zakat telah melakukan perubahan pola pemberdayaan terhadap unit binaannya. Pola menjadi sponsor tunggal selama 20 tahun dirasa kurang efektif dan menjadikan cakupan pemberdayaan Rumah Zakat terbatas karena beban biaya tetap yang cukup besar.
Maka dari itu, di tahun 2019 Rumah Zakat mulai bertransformasi dalam menjalankan progam pemberdayaannya, salah satunya diterapkan di Sekolah Juara.
Adapun skema transformasi yang dilakukan yaitu, merubah skema Sekolah Juara dari sekolah gratis berkualitas menjadi sekolah berbasis social enterprise.
"Artinya ketika dilakukan transformasi, Sekolah Juara masih peduli dengan siswa yang kurang mampu dari kalangan dhuafa. Namun, kami juga memberikan kesempatan kepada masyarakat umum yang ingin mendapatkan pendidikan di sekolah ini sehingga menerapkan pendekatan sosial enterprise," kata Direktur Indonesia Juara Foundations, Muhammad Sobirin.
Sobirin menambahkan dengan adanya transformasi tersebut, diharapkan bisa mencetak generasi penerus bangsa yang mempunyai nilai-nilai JUARA (Juara, Ulet, Amanah, Religius, dan Aktif) yang bisa didapatkan oleh anak-anak di semua kalangan.
"Melalui pendidikan yang berkualitas, Sekolah Juara pun berkomitmen untuk melahirkan generasi yang berakhlak sesuai tuntunan Al Quran dan bisa mewujudkan generasi yang cerdas, mandiri, serta kompetitif," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: