Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga CPO: Di Era New Normal, Makin Potensial

Harga CPO: Di Era New Normal, Makin Potensial Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah second wave pandemi Covid-19 di Indonesia, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tetap tangguh dan terus membaik. Data CIF Rotterdam mencatat, harga rata-rata CPO pada minggu ketiga Juli 2020 sebesar US$692,5/MT.

Harga CPO tersebut tercatat 13,6 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada m-o-m, yakni sebesar US$609,5/MT. Kebangkitan ekonomi China, bencana alam seperti banjir yang melanda Pulau Sumatera dan Kalimantan, serta kesuksesan uji coba D-100 di Indonesia, menjadi sentimen yang mampu mengapresiasi harga CPO tersebut.

Baca Juga: Tak Gentar Meski Pandemi, Harga CPO Tetap Torehkan Prestasi!

Pertumbuhan PDB China periode April–Juni 2020 sebesar 3,2 persen pada Y-o-Y yang jauh lebih tinggi dibandingkan hasil polling Reuters menjadi penanda kebangkitan ekonomi China setelah berkontraksi alias minus 6,8 persen Y-o-Y di kuartal I-2020, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah. Sebagai salah satu konsumen CPO terbesar di dunia, data Bloomberg mencatat impor minyak nabati China meningkat 53 persen pada bulan Juni 2020 dibandingkan periode sebelumnya. Kebangkitan ekonomi China tersebut tentunya membuat outlook permintaan membaik dan mendongkrak harga CPO.

Tidak hanya itu, pelonggaran lockdown yang dilakukan oleh sejumlah negara termasuk India telah memungkinkan dibukanya kembali restoran dan mal; meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit di negara tersebut. Di India, pengiriman minyak sawit melonjak ke level tertinggi sejak lima bulan terakhir pada periode Juni karena pedagang dan penyuling meningkatkan pembelian untuk menambah stok. Tak dapat dimungkiri, kondisi ini mengerek permintaan dan harga CPO di pasar global.

Adanya ancaman yang membayangi supply berupa banjir dan cuaca buruk yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera diperkirakan memicu terjadinya disrupsi panen dan produksi. Analis memperkirakan, penurunan produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia pada bulan Juli 2020 sebesar 7–13 persen dibandingkan m-o-m.

Sementara itu, kesuksesan PT Pertamina (Persero) dalam mengolah RBDPO (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil) menjadi produk Green Diesel (D-100) sebanyak 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai telah menjawab tantangan energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus tantangan penyerapan minyak sawit.

Pada saat yang bersamaan, di kilang Plaju, PT Pertamina juga akan membangun unit green diesel dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 barel per hari. Penyerapan minyak sawit oleh PT Pertamina tentunya akan menurunkan supply di pasar global sehingga membuat harga CPO menjadi terangkat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: