Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian telah mengingatkan kepada negara di seluruh dunia tentang adanya potensi krisis pangan dunia akibat pandemi Covid-19.
Menurut UU Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Baca Juga: Kostratani Pacet Jadi Model, BPPSDMP Kuatkan Kualitas IT
Menghadapi ancaman krisis itu, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan berbagai strategi. Salah satu adalah dengan mengajak, melibatkan, dan memfasilitasi pemuda-pemuda perdesaan melakukan kegiatan usaha pertanian melalui kolaborasi apik Kostratani dan program YESS.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Mentan Sahrul Yasin Limpo bahwa usaha pertanian yang ada di desa bisa menyokong ketahanan pangan nasional. Untuk itu, Kementan menluncurkan Kostratani sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian, pusat pembelajaran, pusat konsultasi agribisnis, dan pusat pengembangan jejaring dan kemitraan di tingkat kecamatan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, pernah menyampaikan bahwa dengan memadukan kemampuan memanfaatkan teknologi 4.0, memanfaatkan inovasi, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dapat menjadi modal utama petani milenial untuk membangun pertanian di Indonesia. Beberapa program yang telah dikeluarkan Kemtan untuk tujuan itu adalah PWMP, YESS, Kepramukaan, sertifikasi, inkubator bisnis bagi petani milenial, PKL dan magang, training/workshop, sapras dan peralatan, serta kerja sama DN dan LN.
"Hal tersebut diarahkan untuk menghasilkan petani milenial yang mempunyai jiwa entrepreneurship yang tinggi," jelas Dedi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Dedi juga menegaskan bahwa Mentan mengharapkan makin banyak anak muda yang terjun di sektor pertanian, utamanya sebagai pengusaha pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi 4.0, mereka bisa membuat aplikasi untuk mendekatkan antara produsen pertanian dengan konsumen.
Sejalan dengan arahan-arahan tersebut, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti, juag pernah mengungkapkan bahwa produktivitas tenaga kerja secara umum masih rendah dan petani Indonesia rata-rata petani berusia tua yang didominasi oleh mereka yang usianya di atas 50 tahun. Dengan begitu, petani milenial perlu didorong untuk berkecimpung di dunia pertanian.
Regenerasi petani ini sangat diperlukan untuk pembangunan pertanian di Indonesia. Adanya program yang diselenggarakan oleh Kementan yang ditujukan untuk pemuda perdesaan ini dapat membawa dampak positif bagi pemuda dan keluarganya serta dapat mengembangkan pembangunan pertanian di desanya masing-masing.
"Jika pembangunan desa perlahan dapat dikembangkan secara pasti, pembangunan nasional akan mengikuti seiiring berkembangnya pertanian di perdesaan shingga ketahanan pangan nasional dapat diperjuangan dan dapat dicapai bersama," ungkap Santi.
(NRT/VTR-Pusdiktan)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum