Arianto menegaskan pemerintah perlu terus berhati-hati. Memulihkan perekonomian tidak bisa dilakukan tanpa berusaha memulihkan kesehatan. Yang artinya, pemerintah perlu memfokuskan perhatian kepada upaya mengurangi laju penyebaran virus Covid-19.
"Hal ini dapat dilakukan, di antaranya dengan memperbanyak tes, mempertegas aturan jaga jarak dan menggalakkan kebijakan pembatasan. Baru kemudian perekonomian bisa berangsur dipulihkan," tukasnya.
Pemerintah juga, lanjut dia, dapat memulai upaya pemulihan lewat sektor yang memiliki tingkat untuk sentuhan fisik minimal, misalnya pertanian karena lebih berdaya tahan ketimbang pariwisata. Bagi sektor yang masih terkendala kebijakan pembatasan, perlu mekanisme kompensasi.
Kalau mengacu kepada definisi resesi, yaitu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut, Indonesia memang belum memasuki masa resesi. Namun, kondisinya sudah sangat riskan, yaitu di jurang resesi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I sudah menunjukkan pelambatan hanya mencapai 2,9%. Sementara pertumbuhan ekonomi di kuartal II menjadi negatif, yaitu -5,3%.
Kontraksi ekonomi kali ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada Indonesia, tetapi juga di banyak negara di dunia. Namun, pertumbuhan kita -5,32% ini adalah yang terparah sejak krisis keuangan Asia 1997-1998.
"Semua pihak perlu berhati-hati pada kemungkinan depresi. Depresi terakhir terjadi tahun 1930-an, yang dikenal sebagai great depression, merupakan akumulasi dari resesi berkepanjangan yang terjadi bukan hanya dua kuartal, tapi bertahun-tahun. Hal ini sebisa mungkin harus kita hindari. Sebagai gambaran, pertumbuhan ekonomi negatif di Indonesia sehubungan dengan Asian Financial Crisis adalah lima kuartal. Semoga saja kali ini kita bisa menghindari kejatuhan yang lebih parah," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: